Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




Gestalt & Kognitif
Sabtu, 05 Desember 2020, Desember 05, 2020

 

GESTALT

Gestalt adalah pendekatan yang menyatakan bahwa manusia akan jauh lebih baik bila melihat suatu hal dalam bentuk keseluruhan (holistik) atau satu kesatuan, tidak dari bagian/elemen yang terpisah. Menurut aliran Gestalt, individu akan cenderung kesulitan untuk memecahkan masalah dan memahami makna dari suatu hal bila ia melihat sesuatu secara terpisah. Agar bisa melihat secara keseluruhan, maka dibutuhkan aktivitas otak yang melibatkan proses berpikir (kognitif dan mental). Dalam melihat/memaknai sesuatu, terdapat pemrosesan yang dinamakan top down processing yang melibatkan pemikiran untuk mempermudah manusia dalam memaknai sesuatu. Ketika individu mempersepsikan sesuatu/melakukan proses berpikir, dari sanalah perilaku individu akan terbentuk.

Anteseden

Immanuel Kant
Ketika individu mendapat sensori stimulus, individu akan mempersepsikan stimulus sebelum merespon stimulus tersebut. Menurut Kant, pengalaman individu berupa interaksi antara stimulus sensoris dengan proses-proses kerja yang ada di faculties of mind atau bagian-bagian otak. Perilaku manusia tidak bisa dijelaskan oleh stimulus saja, melainkan ada pemrosesan yang lebih dalam yakni persepsi. Pemrosesan inilah yang berfungsi untuk melihat suatu permasalahan menjadi satu kesatuan dan terintegrasi, tidak terpisah-pisah.
  • Sensasi: ketika saraf-saraf sensori menerima stimulus
  • Persepsi: bagaimana stimulus akhirnya diterjemahkan oleh otak dan bagaimana otak memaknai sensasi tersebut
Ernst Mach
Tokoh yang menyatakan adanya 2 persepsi yaitu terkait ruang dan waktu

Ehrenfels
Dalam mempersepsikan sesuatu, ada yang dinamakan "Gestaltqualitaten", dimana individu melihat satu kesatuan secara keseluruhan, bukan satu per satu

Founding of Gestalt

Max Wertheimer
Wertheimer adalah salah satu tokoh pendiri aliran Gestalt yang menyatakan adanya phi phenomenon pada tahun 1910, dimana fenomena ini menggambarkan bahwa persepsi memiliki gerak yang terstruktur, sedangkan sensori stimulus tidaklah demikian. Phi phenomenon merupakan salah satu bentuk ilusi dimana individu mempersepsikan objek statis/stagnan sebagai benda yang bergerak/dinamis, dikarenakan objek tersebut diperlihatkan dalam rentang waktu yang begitu cepat bahkan hingga per milisekon. Fenomena ini menunjukkan bahwa persepsi manusia bisa saja berbeda dari stimulus yang diterima, tergantung bagaimana stimulus tersebut dihadirkan. Wertheimer juga menekankan adanya Law of Pragnanz, dimana manusia cenderung ingin memahami/melihat sesuatu dalam bentuk yang lebih sederhana atau keseluruhan, bukan melihatnya secara satu per satu.

Other Theories & Principles

Perception 
  • Perceptual Consistency: kemampuan individu untuk mempersepsikan sesuatu yang sudah familiar secara tepat dan konsisten, meskipun bentuk, ukuran, warna, maupun lokasinya berubah.
  • The Figure-Ground Relationship: dalam melihat suatu objek, persepsi individu dipengaruhi oleh apa yang ia lihat sebagai background dan apa yang ia lihat sebagai figure
  • Perceptual Organization (Kohler)
    • Continuity: manusia cenderung untuk mempersepsikan elemen-elemen yang berdekatan dan tersusun secara bersambung sebagai satu kesatuan yang berkaitan 
    • Proximity: manusia mempersepsikan dan mengeneralisasikan elemen-elemen yang berdekatan sebagai satu hal yang sama
    • Inclusiveness: manusia cenderung melihat bagian yang lebih besar sebagai hal utama dan tidak memperhatikan bagian yang lebih kecil. Dalam kalimat lain, manusia cenderung mempersepsikan sesuatu sebagai satu kesatuan dari bagian yang lebih besar atau bagian yang tampak lebih menonjol.
    • Similarity: manusia cenderung menggabungkan elemen-elemen yang terlihat sama atau serupa dan mempersepsikannya sebagai satu kesatuan
    • Closure: ketika individu melihat sesuatu yang sudah familiar namun tidak semua bagiannya dapat terlihat, individu cenderung mampu untuk melengkapi bagian-bagian yang tidak terlihat tersebut dan bisa mempersepsikannya secara keseluruhan sebagai sesuatu yang pernah ia lihat sebelumnya
  • Subjective vs Objective Relativity: Ketika melihat sesuatu, individu cenderung mempersepsikannya berdasarkan proses yang ada di otak. Informasi sensorik dapat ditransformasikan oleh persepsi sehingga akan mempengaruhi bagaimana individu berperilaku. Contohnya seperti seseorang yang lari ketika melihat suatu geographical environtment yaitu seekor anjing yang berkeliaran tanpa memakai kalung rantai. Ketika melihat anjing tersebut, orang tersebut mempersepsikannya sebagai situasi/behavioral environtment yang berbahaya sehingga ia memilih untuk lari. 
Learning
  • Insight "Aha Moment": momen dimana individu seolah-olah mendapatkan ide secara tiba-tiba untuk menyelesaikan suatu permasalahan, ketika ia sedang diam dan termenung. Tetapi sebenarnya, insight tidak didapatkan secara tiba-tiba. Ketika individu menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan dan memilih untuk diam sejenak, sebenarnya otak individu bekerja dan mencoba untuk melihat stimulus yang terpisah. Otak akan melibatkan proses mental yaitu dengan melakukan mental restructuring, dimana otak mencoba untuk mengaitkan elemen-elemen yang terpisah sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Ketika individu mampu menstruktur kembali cara pandang dan mengaitkan antar elemennya, dari sanalah insight akan muncul.
  • Transposition: ketika individu dihadapkan pada permasalahan yang mirip dengan permasalahan yang pernah ia hadapi, individu akan cenderung menyelesaikannya dengan pola yang pernah ia terapkan pada permasalahan yang pernah ia hadapi sebelumnya
Productive Thinking
Menurut Wertheimer, teori Gestalt dapat diterapkan pada sistem pendidikan. Dalam proses belajar, individu harus memahami struktur permasalahan terlebih dahulu dan melihat keterkaitan antara satu sama lain, agar individu dapat melihat garis besar permasalahan secara keseluruhan sehingga membantu individu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Proses belajar ini sangat dipengaruhi oleh emosi, persepsi, tingkat intelektual, dsb.

Memory (Koffka)
Koffka menekankan bahwa otak memiliki sistem khusus untuk mendistribusikan informasi. Selain itu, di dalam otak terdapat pula proses memori yang melibatkan proses penyimpanan informasi.

Field Theory (Kurt Lewin)
  • Life space: perilaku & pemikiran manusia dipengaruhi oleh life space yang terdiri dari:
    • Internal events: kondisi yang dirasakan dari dalam tubuh (lapar, sakit, pusing, dll)
    • External events: apa yang dilihat individu di lingkungan sekitarnya
    • Recollections of prior experience: ingatan individu terkait pengalaman sebelumnya
  • Principle of contemporanelty: kehidupan/life space orang saat ini mempengaruhi manusia dalam berpikir dan bertindak. Menurut Lewin, pikiran dan tindakan individu tidak akan dipengaruhi oleh pengalaman yang tidak individu sadari atau yang tidak dirasakan dalam life spacenya
  • Conflict
    • Approach-approach conflict: individu dihadapkan pada 2 pilihan yang menyenangkan
    • Avoidance-avoidance conflict: individu harus memilih di antara 2 pilihan yang tidak disenangi
    • Approach-avoidance conflict: individu dihadapkan pada 1 pilihan yang menyenangkan, tetapi pilihan tersebut juga memiliki konsekuensi yang harus ditanggung
Kontribusi besar gestalt dalam bidang psikologi salah satunya yakni mempopulerkan pandangan terkait perspektif dan keterlibatan persepsi, juga mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Saat ini, pendekatan gestalt populer digunakan untuk menjelaskan fenomena di bidang social psychology. Meskipun demikian, pendekatan gestalt ini mendapat kritikan dikarenakan terdapat beberapa istilah yang belum dapat dijelaskan secara lebih rinci dan mendalam.


KOGNITIF

Kognitif adalah salah satu pendekatan terkini dalam psikologi dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Psikologi kognitif fokus pada penjelasan terkait proses berpikir dan pengolahan informasi di dalam otak manusia, yang akan menentukan perilaku individu. Konsep-konsep yang dibahas di psikologi kognitif meliputi memori, pembentukan konsep, atensi/perhatian, penalaran, penarikan kesimpulan, problem-solving, mental imagery (membayangkan sesuatu), penilaian/judgement, dan pemahaman bahasa/languange.

Early Influence

1932 - Frederic Charles Barlett
Pada tahun 1932, pendekatan-pendekatan yang mengarahkan pada proses mental sudah mulai bermunculan. Menurut Barlett, informasi yang diterima oleh individu akan mengalami pengkodean (encoded) untuk kemudian disimpan (stored) dan direcall. Istilah-istilah dalam proses penerimaan informasi ini masih dipakai pada pendekatan-pendekatan psikologi saat ini.

Jean Piaget
Piaget menjelaskan konsep-konsep yang masih sangat relevan hingga saat ini, terkait proses-proses yang terjadi di setiap tahapan perkembangan kognitif manusia sejak lahir hingga dewasa. Menurut Piaget, manusia memiliki tingkatan kognitif yang didasarkan oleh usia individu. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan struktur kognitif yang matang tidak lepas kaitannya dari interaksi antara proses kognitif otak dengan lingkungannya.

1948 - Cybernatic
Pada tahun ini, orang-orang sudah mulai menyadari bahwa proses kognitif/proses mental akan sulit dipahami bila tidak disimulasikan dalam bentuk yang bisa diamati. Dari situlah mulai muncul ketertarikan untuk mensimulasikannya pada mesin, dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai proses berpikir dan bagaimana individu akhirnya bisa memecahkan masalah. 

1959 - Languange and Information (Noam Chomsky)
Chomsky menyatakan bahwasanya manusia memiliki kemampuan bawaan/innate untuk memproses bahasa. Ketika lahir, bayi memiliki languange acquisition device di dalam struktur otaknya, dimana bayi terlahir dengan kapasitas untuk memahami bahasa.

Cognitive Revolution
Pada tahun 1960, Donald Hebb selaku ketua APA pada saat itu mulai tertarik dengan konsep mesin khususnya komputer sebagai model untuk mempelajari proses kognitif manusia. Dan akhirnya dari tahun 1990an berkembanglah Artificial Intelligence (AI) yang terus berkembang hingga sekarang, terutama di negara-negara maju yang sering memanfaatkan AI untuk menciptakan inovasi teknologi seperti Siri, Alexa, Google Maps, dan masih banyak lagi. Pengembangan AI ini tidak lepas kaitannya dari proses kognitif, dimana kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain.
older