Mendengar kata 'psikoanalisa', pasti masih terbilang asing bagi telinga sebagian orang awam. Namun jika mendengar kata 'hipnosis/hipnotis', pasti kebanyakan orang paham apa maksudnya. Di kalangan medis, hipnosis ialah suatu metode yang digunakan oleh para ahli untuk mengulik trauma yang tersimpan di alam bawah sadar seseorang sebagai upaya penyembuhan alternatif bagi para penderita penyakit mental. Hipnosis pada zaman dahulu digunakan terhadap klien yang mengalami histeria, yakni suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan yang tidak diakibatkan oleh gangguan/penyakit fisik, melainkan dipicu oleh trauma seseorang. Hipnosis inilah yang menjadi salah satu metode dari psikoanalisa, dimana konsep psikoanalisa ini dicetuskan oleh Sigmund Freud (1856-1939).
ANTESEDEN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
1880: Josef Breuer
Sebelum dicetuskan teori psikoanalisa oleh Freud, kelahiran teori ini diawali pada tahun 1880 dimana orang-orang pada zaman itu banyak yang mulai mengalami gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan kejiwaan yang sering muncul ialah histeria, yang didominasi oleh perempuan. Josef Breur menjadi tokoh pertama yang mendobrak pemikiran bahwa histeria disebabkan oleh faktor genetik. Ia memiliki pandangan bahwa terdapat faktor psikologis yang menjadi penyebab timbulnya histeria, sehingga tidak bisa ditangani dengan tindakan medis.
Breur pertama kali menerapkan pendekatan psikologi dengan metode hipnosis. Metode ini ia terapkan pada pasien pertamanya yaitu Anna O yang mengalami kelumpuhan gerak, kebutaan, dan gangguan bicara. Hipnosis yang dilakukan ialah dengan membuat klien berada dalam kondisi yang sangat rileks sehingga atensinya tidak penuh, agar dapat menggali informasi yang tersimpan di dalam alam bawah sadar. Dari kasus Anna O, ia menyimpulkan bahwa kelumpuhan yang Anna alami disebabkan oleh pengalaman traumatiknya ketika ia harus selalu siap siaga untuk merawat ayahnya yang sakit parah.
Setelah Breur menemukan akar permasalahannya, ia menerapkan metode katarsis dimana ia meminta Anna untuk meluapkan segala emosi yang selama ini ia tekan. Tetapi pada terapi ini, ada beberapa dampak yang harus dihindari yakni:
- Transference: kondisi dimana klien menganggap terapis sebagai objek traumanya, sehingga klien melampiaskan seluruh perasaannya kepada terapis
- Countertransference: ketika terapis akhirnya ikut melibatkan perasaan pribadinya saat terjadi transference
1885-1889: Jean Martin Charcot
Pada tahun 1885-1889, muncullah Jean Martin Charcot yang kemudian ikut mendalami konsep mengenai histeria. Ia menyatakan bahwa histeria juga bisa terjadi pada laki-laki, karena semua orang berpotensi untuk mengalami gangguan traumatik. Karena pandangan Charcot dan Breur yang pada saat itu bertentangan dengan pendapat mainstream bahwa histeria seharusnya ditangani melalui pendekatan neurofisiologi, maka kedua tokoh ini membuktikan pandangan baru mereka melalui studi mengenai metode katarsis pada tahun 1886.
Pandangan kedua tokoh ini akhirnya menarik perhatian dari Sigmund Freud yang kala itu masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran. Setelah bertukar pikiran dengan Charcot & Breur, akhirnya pada tahun 1889 Freud mulai memperdalam ilmu hipnosis dan mempelajari bagaimana cara untuk menanamkan sesuatu ke dalam keadaan bawah sadar seseorang serta mengulik memori/kenangan masa lalunya.
1892-1898: Sigmund Freud
Setelah memperdalam ilmu hipnosis, Freud berpandangan bahwa hipnosis ini tidak begitu efektif. Sehingga pada tahun 1892-1898, ia memperkenalkan teori free-association dimana ia tidak membuat kliennya berada dalam keadaan unconscious, melainkan dalam keadaan sadar. Namun dalam keadaan sadar, orang akan cenderung untuk melakukan resistence/pertahanan ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang memicu ingatan mengenai pengalaman traumatiknya. Oleh karena itu, alih-alih menanyakan secara langsung dan to the point, Freud justru meminta klien untuk mengutarakan segala pikiran yang muncul dibenaknya ketika mendengar suatu kata yang disebutkan oleh Freud. Menurut Freud, ketika klien berbicara lepas mengenai apa yang ada dibenaknya, tanpa ia sadari ia akan berbicara mengenai ingatan yang ada di alam bawah sadarnya. Dari sinilah terapis dapat menemukan akar permasalahan dari pengalaman traumatiknya
Meskipun potensi terjadinya transference dan countertransference masih tetap ada ketika melakukan penanganan dengan metode free-association, tetapi masalah yang timbul dapat dihadapi secara lebih rasional karena klien berada dalam keadaan sadar, dan dinilai lebih efektif serta efisien dibandingkan penanganan melalui metode hipnosis.
1896-1898
Setelah mempopulerkan teori free-associaton, Freud menyimpulkan bahwasanya histeria merupakan traumatic experience yang ditekan (repressed) dan orang yang mengalaminya tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikannya, sehingga memicu penyakit/gangguan fisik (physical symptoms). Freud menyatakan pentingnya teori free-association dalam menghadapi permasalahan tersebut, dimana permasalahan harus dihadapi secara rasional dalam keadaan sadar. Teori inilah yang memunculkan perhatian masyarakat terhadap unconsiousness yang terdapat pada otak manusia. Dalam menangani beberapa klien yang mengalami histeria, Freud juga menemukan fakta bahwa banyak pengalaman traumatik yang memiliki kesamaan dengan pengalaman traumatis seksual semasa kecil.
1996
Pada tahun 1996, Freud melakukan self-analysis untuk mengetahui alasan dari mengapa ia mengalami depresi setelah kematian ayahnya, sedangkan ia sendiri tidak memiliki hubugan yang dekat dengan ayahnya. Dari situlah Freud menemukan konsep baru dalam bidang psikoanalisa, melalui analisis mimpi. Berdasarkan analisis mimpi, ia menyimpulkan bahwa alam bawah sadar cenderung memberi sinyal kepada otak pada saat tidur. Hal inilah yang membuat ingatan mengenai pengalaman traumatik seseorang terkadang muncul ketika seseorang sedang bermimpi, karena pada saat tidur manusia tidak sepenuhnya sadar sehingga kontrol atensi akan berkurang.
Di dalam mimpi, ada yang dinamakan manifest content & latent content. Contohnya ialah ketika seseorang mimpi dikejar oleh ular, ular yang mengejar seseorang tersebutlah yang menjadi manifest content dari mimpi. Sedangkan latent contentnya ialah ingatan dia yang memicu timbulnya mimpi dikejar ular tersebut, seperti trauma karena sering dikejar-kejar atau dibuntuti oleh seorang penguntit. Namun, teori analisis mimpi ini tidak begitu disarankan untuk dijadikan suatu metode pengobatan, karena belum terbukti keilmiahannya.
Oedipus Complex
Freud mengemukakan teorinya mengenai Oedipus Complex. Oedipus Complex ialah istilah yang menggambarkan suatu kondisi ketika seorang anak lelaki merasa bahwa ibunya lebih perhatian kepada ayahnya dibandingkan dengan dirinya, sehingga timbullah kecemburuan besar terhadap ayahnya karena keinginannya untuk memiliki sang ibu seutuhnya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan afeksi sang anak dimana ia ingin selalu merasa disayang dan diperhatikan oleh sang ibu, sehingga sang anak akan sangat membenci ayahnya jika kebutuhan afeksinya tidak terpenuhi oleh sang ibu. Ketika sang anak lelaki berada di titik dimana ia merasa sangat cemburu terhadap ayahnya, ia akan mengobservasi perilaku ayahnya dan akhirnya ia akan meniru perilaku sang ayah. Menurut Freud, Oedipus Complex inilah yang mempengaruhi cara anak-anak belajar tentang peran identitas seksualnya. Teori inilah yang dipercaya oleh Freud sebagai penyebab depresi yang ia alami setelah kematian ayahnya, karena rasa bencinya terhadap sang ayah ketika masih muda.
Selain itu, Freud juga mengemukakan beberapa teori lainnya seperti slip of the tongue dan mistakes in writing. Menurutnya, ketika seseorang keceplosan, tanpa disadari ia sudah mengatakan apa yang ada di alam bawah sadarnya. Sama halnya ketika seseorang tanpa sengaja menulis sesuatu yang tidak ia rencanakan sebelumnya.
FREUD'S THEORY: CONSCIOUSNESS LEVEL
Freud berpendapat bahwa kesadaran yang manusia ketahui ibarat puncak gunung es saja, dan di bawah permukaan yang terlihat terdapat bagian pikiran yang tidak kita sadari (alam bawah sadar). Menurut Freud, di dalam proses mental manusia terdapat 3 hal yang menentukan perilaku yang akan kita tunjukkan, yaitu:
- Id: yaitu insting, impulse, atau dorongan alamiah pada setiap manusia yang sudah menjadi bawaan sejak lahir dan harus dipenuhi. Id menempati alam bawah sadar/unconscious level. Pada level ini, informasi sudah terpendam sangat dalam di alam bawah sadar, dan perlu bantuan dari ahlinya untuk menggali informasi tersebut.
- Superego: merupakan kumpulan nilai-nilai yang ditanamkan pada seorang individu sejak kelahirannya dan telah terinternalisasi ke dalam diri seseorang, baik dari orang tua maupun lingkungan sosialnya. Dari sanalah seorang individu dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan hati nuraninya. Superego menempati preconscious level, yakni level dimana seseorang memerlukan usaha untuk mengambil informasi dari otak.
- Ego: berperan dalam menjembatani antara dorongan id dan pertimbangan dari superego, sehingga ego lah yang memutuskan apakah seseorang harus mengutamakan ego ataukah superegonya. Ego menempati conscious level (level dimana seseorang dalam kondisi sadar/alert dan dapat mengakses informasi dari otak dengan mudah) dan preconscious level, karena ia berhadapan langsung dengan realita.
FREUD'S THEORY: DEFENSE MECHANISM
Freud mengemukakan teori lanjutan mengenai defense mechanism, yakni mekanisme pertahanan diri yang dilakukan seseorang untuk membentengi dirinya dari pergejolakan emosi supaya terhindar dari perasaan tidak nyaman. Ada 6 mechanism yang cenderung dilakukan individu untuk mempertahankan kondisi nyamannya, yakni:
- Repression: kecenderungan individu untuk menekan perasaan-perasaan yang mengganggunya alih-alih mengekspresikan/mengungkapkannya. Contohnya dalam kasus Oedipus Complex, seorang anak laki-laki cenderung menekan perasaan cemburu dan amarah kepada ayahnya, sehingga ia pada akhirnya meniru perilaku ayahnya
- Denial: kecenderungan individu untuk menyangkal situasi yang ia hadapi. Contohnya ketika seorang perokok berat dinasihati oleh keluarganya untuk berhenti merokok karena berbahaya bagi tubuh, ia akan cenderung mencari-cari alasan untuk menyanggah nasihat-nasihat tersebut karena merokok sudah menjadi suatu kebiasaan yang sangat berat untuk ia tinggalkan
- Projection: kecenderungan individu untuk menghilangkan rasa bersalahnya terhadap perasaan yang ia miliki kepada seseorang, dengan memproyeksikan perasaan itu seolah-olah orang lainlah yang memiliki perasaan tersebut kepadanya. Contohnya ketika seseorang merasa bahwa ia mempunyai perasaan yang tidak baik seperti rasa benci terhadap temannya, maka ia akan berpikir bahwa temannyalah yang membencinya terlebih dahulu.
- Displacement: kecenderungan individu untuk melampiaskan amarahnya kepada orang lain. Contohnya ketika seorang ayah memarahi anak-anaknya di rumah sebagai bentuk pelampiasan amarah yang seharusnya ditujukan kepada bosnya di kantor
- Regression: kemunduran tahap perkembangan seseorang, yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya sudah bisa dilakukan. Regression biasanya terjadi pada anak-anak, dan disebabkan oleh stress yang dialaminya. Contohnya yaitu anak SD yang khawatir jika orang tuanya lebih menyayangi adik barunya kelak, sehingga ia kembali sering mengompol dikarenakan stress yang disebabkan oleh kehadiran adik baru.
- Sublimation: kecenderungan individu untuk melampiaskan emosi dalam bentuk yang acceptable dalam masyarakat, atau dilampiaskan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Contohnya ketika seseorang cenderung untuk mengurangi rasa stressnya dengan berolahraga, alih-alih melampiaskannya kepada keluarganya.
- Oral (0-18 bulan): kepuasan bayi terjadi di mulut, seperti menyusu/menghisap, menggigit, dan mengunyah. Jika kepuasan ini tidak terpenuhi, maka ketika dewasa anak tersebut memiliki potensi untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak terpenuhi pada tahap oral, seperti merokok, gigit-gigit jari, atau kecanduan mengunyah permen karet
- Anal (18-36 bulan): letak kepuasan bayi fokus pada toilet training, dimana bayi mulai mampu untuk mengontrol kapan seharusnya ia buang air kecil dan buang air besar. Menurut Freud jika pengalaman toilet training seorang anak kurang menyenangkan pada tahap ini, maka ia akan tumbuh menjadi individu yang kurang rapi.
- Phallic (3-6 tahun): tahap dimana anak-anak sudah menyadari perbedaan alat kelamin yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tahap ini memiliki keterkaitan dengan Oedipus Complex, dimana ketika seorang anak sudah sadar akan perbedaan jenis kelamin dan mulai membangun ketertarikan dengan ibunya, disitulah ia mulai mengobservasi ayahnya dan mulai merepress emosi tentang sexual feelingnya.
- Latency (6 tahun-pubertas): Tahap dimana anak sudah mulai menunjukkan ketertarikan di bidang lain seperti bermain atau berteman, dengan mengesampingkan sexual feelingnya. Pada tahap inilah seorang anak cenderung melakukan identification process, seperti mengawasi perilaku ayahnya atau mengamati perilaku teman-temannya.
- Genital (masa setelah pubertas): Tahap dimana hasrat seksual mulai muncul kembali, contoh pemenuhannya yaitu seperti pacaran atau menikah.
- Teori Freud dikembangkan hanya berdasarkan klien-kliennya saja, sehingga cara pengumpulan datanya belum mengikuti metode scientific seperti yang umum dipakai
- Teorinya sangat tertutup karena Freud tergolong ke dalam tipe orang yang dogmatis, sehingga ia cenderung menolak banyak masukan dari ilmuwan-ilmuwan lain
- Freud terlalu fokus pada seksualitas, karena manusia tidak sepenuhnya didorong oleh gairah-gairah seksual seperti libido
- Teknik-teknik psikoanalisis pada zaman dahulu membutuhkan waktu yang lama sehingga mematok biaya yang mahal. Keefektifan metodenya pun belum begitu jelas
- Teori Freud tidak bisa diuji tingkat error/kesalahannya (falsiability) karena metode pengumpulan datanya masih berdasarkan observasinya sendiri
- Menjadi salah satu tokoh yang membuka psikologi ke bidang keilmuan lainnya seperti kedokteran atau bidang kemiliteran, dan cukup berpengaruh dalam membawa nama psikologi sebagai landasan pengobatan dan landasan treatment dari gangguan kejiwaan
- Selain membahas tentang abnormal behavior, dia juga menjelaskan tentang normal behavior seperti mimpi, slip of the tongue, dan mistakes in writing
- Mengembangkan dan mempopulerkan teori psikoanalisis, terutama konsep mengenai:
- Unconsciousness motivation: proses mental individu yang melibatkan dorongan-dorongan unconscious
- Infantile experience: pengalaman-pengalaman yang didapatkan pada masa bayi dan balita (menjadi hal yang sangat krusial bagi kehidupan individu di masa mendatang)
- Anxiety: kecemasan yang dirasakan individu
- Jung: salah satu rekan Freud yang akhirnya mengkritisi gairah seksual yang dikemukakan oleh Freud, yakni libido. Selain itu, ia menambahkan kritikan bahwasanya unconsciousness juga memiliki level personal dan collective
- Adler: menjelaskan tentang adanya inferiority complex pada bayi
- Horney: menyatakan ketidaksetujuannya dengan sexual conflict yang dikemukakan Freud. Menurutnya, gangguan psikologis cenderung muncul karena adanya societal conditions dan interpersonal relationship, atau ditentukan oleh hubungan individu dengan orang lain (khususnya hubungan anak-orang tua)