Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




Humanistic
Sabtu, 28 November 2020, November 28, 2020
Humanistik merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang manusia sebagai satu kesatuan antara mind (pikiran), body (raga), & spirit. Aliran ini muncul pada sekitar tahun 1960-an sebagai kritik atas aliran behaviorisme dan psikoanalisa, dikarenakan kedua aliran ini dianggap cenderung mengabaikan pentingnya eksistensi manusia.

Humanistik menekankan bahwasanya setiap individu memiliki kebebasan yang besar untuk menentukan masa depannya dan sangat potensial untuk mengembangkan pribadinya. Aliran ini fokus pada teori eksistensi manusia, dimana setiap manusia memiliki kemampuan-kemampuan khusus yang menjadi kualitas khas/unik dari setiap individu. Humanistik sebagai revolusi ketiga dalam psikologi (third-force psychology) memandang manusia sebagai makhluk yang otoritas atas kehidupannya sendiri dan memiliki kebebasan untuk membuktikan eksistensi dirinya. 


ANTESEDEN

1838-1917 (Phenomenology)
Metode fenomenologi dicetuskan oleh Edmund Husserl, yaitu metode yang berakar pada kesadaran intensionalitas. Konsep kesadaran intensionalitas didirikan oleh Franz Brentano, dimana intensionalitas merupakan kesadaran yang selalu mengarah kepada sesuatu (misal: kesadaran terhadap waktu, kesadaran terhadap eksistensi diri, dll).

1939-1945 (Eksistensial)
Teori eksistensial menekankan kebebasan dan kemerdekaan individu dalam menentukan pilihan hidupnya.
  • Martin Heidegger: Heidegger berpendapat bahwa dunia menjadi komponen yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia. Menurutnya, manusia dalam kehidupannya memiliki free-will atau kehendak bebas untuk menentukan eksistensi dirinya. Individu dikatakan memiliki authentic life jika ia mampu mengoptimalkan dirinya, dan dikatakan menjalani inauthentic life jika individu merasa cemas dan bersalah dikarenakan ketakutannya terhadap kematian. Meskipun demikian, individu memiliki batasan dalam menentukan jalan hidupnya, dimana terdapat hal-hal yang tidak akan bisa dipilih oleh individu itu sendiri. Batasan ini dikenal dengan sebutan throwness.
  • Ludwig Binswanger: Binswanger berorientasi pada bagaimana individu menentukan eksistensi hidupnya di masa sekarang (present). Ia menggunakan psikoterapi Daseinalysis, dimana ia fokus terhadap kecemasan, ketakutan, nilai-nilai yang dialami, pemikiran, dan hubungan sosial individu saat ini. Ia juga mementingkan bahwa setiap individu memiliki hubungan subjektif tersendiri dan tidak bisa digeneralisasikan. Menurut Binswanger, individu dapat mengambil hikmah dan makna kehidupan dari setiap pengalaman pahit yang menimpanya, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwasanya pengalaman tersebut dapat membuat individu merasa terpuruk. Selain itu, Binswanger mengemukakan pemikirannya mengenai Modes of Existence:
    • Umwelt: bagaimana individu memandang apa yang terjadi di dunia sekitarnya
    • Mitwelt: bagaimana interaksi antar individu
    • Eignwelt: pemikiran individu dalam memaknai dirinya sendiri dari pengalaman yang ia lalui
  • Rollo May: May menyatakan bahwa terdapat dilema antara manusia sebagai subjek vs manusia sebagai objek (Human Dilema). Menurut May, setiap kebebasan memiliki tanggung jawab yang harus dipikul oleh individu. Tanggung jawab ini dapat menimbulkan kecemasan pada individu, yang dibagi menjadi kecemasan normal dan kecemasan neurotik (kecemasan yang menjadi gangguan pada individu). Kecemasan normal ialah kondisi ketika individu merasa cemas terhadap apa yang harus dilakukan agar bisa bertanggungjawab dengan kebebasan yang ia miliki sehingga mampu mengoptimalkan potensinya. Sedangkan kecemasan neurotik ialah ketika seseorang justru merasa takut terhadap kebebasan yang ia miliki. Banyak individu yang menyerah dari kebebasan yang ia miliki dan lari dari tanggung jawabnya, dikarenakan ketidakberanian mereka untuk menghadapi takdir tersebut. Dalam praktiknya, May menggunakan narrative therapy untuk memahami kisah hidup seseorang. Ia juga menyatakan bahwa setiap manusia memiliki sisi baik dan sisi buruk. Pernyataan inilah yang menjadi dasar terbentuknya Positive Psychology, yakni sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan individu agar menjadi lebih baik, melalui peninjauan dari unsur-unsur positif yang ada dalam dirinya.
  • George Kelly: Kelly berpendapat bahwasanya manusia memiliki kebebasan untuk mengambil tindakan yang dirasa paling tepat berdasarkan prediksinya. Kelly mengembangkan fixed-role therapy, dimana terapi ini bertujuan untuk membantu klien mengubah pandangannya tentang hidup dan memahami sudut pandang orang lain dengan melakukan peran yang sudah ditentukan.
1950 (Humanistik)
  • Abraham Maslow: merupakan penemu teori humanistik. Ia terkenal akan teori hierarki kebutuhan atau Hierarchy of Needs. Abraham Maslow mengurutkan kebutuhan seseorang berdasarkan tingkat prioritasnya, dari tingkat dasar yaitu kebutuhan basic sampai ke tingkat tertinggi. Kebutuhan yang paling dasar meliputi kebutuhan fisiologis, seperti air, makanan, udara, tidur, dll. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan dalam merasakan keamanan. Selanjutnya, ada pula kebutuhan terhadap cinta, kasih sayang, dan kepemilikan. Dan yang terakhir, manusia membutuhkan harga diri atau self-esteem sebagai kebutuhan dasarnya. Tingkat tertinggi dalam teori hierarki kebutuhan ini yaitu pengaktualisasian diri (self actualization), yang manusia butuhkan untuk memvalidasi dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain ketika 4 kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi. Maslow juga membedakan antara demotivated dan being-motivated. Demotivated ialah kondisi dimana seseorang berfokus untuk memenuhi kebutuhan basicnya terlebih dahulu. Bila basic need telah terpenuhi, barulah seseorang akan merasa termotivasi/being motivated untuk memenuhi kebutuhan lain seperti kecantikan, keadilan, dll.



  • Carl Rogers: Roger mengembangkan salah satu teori cabang humanistik yang disebut dengan Client Center Therapy (1951). Ia juga memperkenalkan teori positive regard, dimana setiap manusia memilki kebutuhan akan penghargaan positif yang harus dipenuhi dan akan berpengaruh terhadap perkembangan diri. Perkembangan diri ini dipengaruhi oleh kasih sayang ibu yang didapatkan seseorang semasa kecil. Positive regard terbagi menjadi 2, yakni conditional positive regard (penghargaan yang diberikan bila memenuhi syarat tertentu) dan unconditional positive regard (penghargaan atas kemampuan seseorang yang tidak bersyarat, seperti ibu yang menyayangi anaknya tanpa pamrih).

EKSISTENSIAL VS PSIKOLOGI HUMANISTIK

Persamaan:
  1. Manusia memiliki free-will & bertanggung jawab atas kebebasan yang ia miliki
  2. Setiap individu memiliki kualitas khas yang menjadi keunikan masing-masing individu
  3. Manusia harus dipandang dan dipelajari sebagai satu kesatuan
  4. Authentic life dipandang sebagai opsi yang lebih baik dibandingkan inauthentic life
  5. Manusia tidak bisa dipelajari secara tradisional
Perbedaan:
  1. Humanistik menekankan asumsi bahwa manusia pada dasarnya baik, sedangkan eksistensial lebih menekankan asumsi bahwasanya manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidupnya.
  2. Eksistensial cenderung menekankan pentingnya makna kematian sebagai puncak dan akhir dari eksistensi manusia
Kritikan
  1. Humanistik dianggap terlalu mengkritisi metode-metode terdahulu seperti behaviorisme dan psikoanalisa
  2. Beberapa konsep dinilai lebih abstrak dan sulit untuk dipahami
Kontribusi terhadap Psikologi
  1. Mempopulerkan pandangan bahwasanya manusia harus dipelajari secara keseluruhan
  2. Mengembangkan dan mempopulerkan teori untuk memahami motivasi, goals, dan keunikan manusia
  3. Melatarbelakangi terbentuknya pendekatan Positive Psychology yang fokus pada pengoptimalisasian diri manusia agar dapat menjadi individu yang lebih baik
older newer