Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




Darwin, Intelligence Theory, and Psychology
Senin, 09 November 2020, November 09, 2020


Jika mendengar nama Darwin, pasti kebanyakan dari kita teringat pada teori evolusi. Seperti yang kita tahu, teori evolusi ini ialah teori populer yang dikemukakan oleh Charles Darwin, yang menyatakan bahwasanya manusia adalah hasil revolusi dari kera sebagai nenek moyang manusia. Kera mengalami revolusi dari kera sederhana menjadi kera tingkat tinggi, sampai akhirnya menjadi manusia. Proses evolusi ini terjadi akibat adanya seleksi alam, yang mengusung konsep survival of the fittest yaitu 'yang bisa bertahan hidup ialah mereka yang bisa berevolusi/beradaptasi'. Konsep ini ia dapatkan dari pengamatan Darwin terhadap variasi/keberagaman proses evolusi binatang dalam spesies yang sama atau antar spesies.

Selain itu, Darwin berpendapat bahwa setiap orang memiliki template yang sama, contohnya seperti ekspresi wajah manusia yang bersifat universal. Artinya, setiap orang di seluruh dunia memiliki ekspresi wajah yang sama persis, terlepas dari ras dan budayanya. Contohnya ketika seseorang tersenyum saat mendengar kabar bahagia, di mana hal tersebut sudah menjadi ekspresi yang umum diperlihatkan oleh setiap orang. Menurut Darwin, ekspresi wajah manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan, yang tidak didapatkan dari hasil pembelajaran atau pengalaman. Ekspresi inilah yang menjadi hasil evolusi emosi pada binatang.

Pengaruh Charles Darwin terhadap Psikologi yaitu:
  • Fokus pada psikologi (tingkah laku dan proses mental) binatang
  • Mengubah fokus ilmu psikologi dari struktur kesadaran ke fungsi kesadaran (fungsionalisme menekankan bagaimana pikiran makhluk hidup berfungsi untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan)
  • Menerapkan metode dan menggunakan data dari banyak bidang
  • Fokus pada gambaran dan pengukuran perbedaan individual

Tes Mental dan Teori Inteligensi

Konsep tes mental berawal dari tes inteligensi yang pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Galton tertarik untuk mengamati perbedaan individual dari teori evolusi Darwin, sehingga ia melakukan prosedur pengukuran inteligensi menggunakan 2 macam tes, yakni tes individual dan tes kelompok. Galton mengukur inteligensi melalui kapasitas sensoris seseorang. Tingkat fungsi sensoris seseorang akan semakin meningkat bila inteligensinya semakin tinggi. Dari penelitian inilah Galton berkontribusi dalam pembuktian bahwa kemampuan mental bersifat turunan (diperoleh secara hereditas) serta pembuktian adanya perbedaan individual pada kapasitas individu.

Inteligensi erat kaitannya dengan bakat, kreativitas, dan prestasi seseorang, yang diukur melalui tes IQ. Ukuran IQ ialah rasio antara umur kecerdasan seseorang dengan umur pada kalender. Teori Inteligensi ini terus mengalami perkembangan, dimulai dari Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Lewis L. Thurstone, James P. Guilford, hingga Howard Gardner. 

Inteligensi Menurut Charles Spearman

Teori inteligensi menurut Spearman dikenal sebagai teori inteligensi dwifaktor atau bifaktor. Hal ini berdasarkan pernyataannya bahwa inteligensi manusia terdiri atas 2 faktor, yakni faktor yang bersifat umum (general factor atau 'g') dan faktor yang bersifat khusus (specific factor atau 's'). Adanya kedua faktor ini dikarenakan kecerdasan manusia yang juga dibagi ke dalam 2 macam, yakni kecerdasan umum (general ability) dan kecerdasan khusus (specific ability). Faktor umum inilah yang mendasari semua tingkah laku manusia, sedangkan faktor khusus hanya mendasari tingkah laku tertentu.

Menurut Spearman, terdapat keberagaman atau variasi jumlah dari faktor inteligensi umum (g) pada setiap individu. Faktor g ini menjadi penentu tingkat kecerdasan seseorang, sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut secara umum termasuk ke dalam kategori orang yang cerdas atau bodoh. Oleh karena itu, jumlah g yang dimiliki individu sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuannya dalam mengerjakan soal tes inteligensi.
older newer