Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




Modern Psychology
Selasa, 27 Oktober 2020, Oktober 27, 2020


Di zaman sekarang, kita bisa melihat bahwa psikologi berkembang pesat sebagai suatu disiplin ilmu yang modern. Dalam pencapaian tersebut, tentunya dibutuhkan berbagai proses panjang agar psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu modern. Pada tahun 1800-an, terdapat sebuah teori yang sangat merebak di kalangan masyarakat Eropa dan Amerika, bahkan hingga abad ke-20. Teori ini dinamakan sebagai teori Phrenology, di mana teori ini bersifat non empiris dan terdapat kekeliruan dalam memahami psikologis seseorang. Contohnya seperti pendapat bahwa sifat manusia dapat terlihat dari benjolan di tengkoraknya.

Pada masa itu, teori Phrenology sering digunakan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan akan merekrut karyawan tertentu, apakah seorang anak bisa bersekolah, atau untuk mengetahui metode apakah yang tepat dalam mendidik anak. Berawal dari masa kejayaan teori inilah, psikologi mulai dipelajari secara ilmiah, yaitu dengan mencari metodologi ilmiah dan tidak lagi menerka-nerka seperti yang dilakukan para ahli psikologi sebelumnya. 

Proses lahirnya psikologi modern tak lepas dari peran serta Wilheim Wundt, seorang ahli psikologi kedokteran sekaligus filsuf dan fisiolog asal Jerman. Pada tahun 1873, Wundt mengumumkan niatnya untuk mempelopori perubahan psikologi menjadi suatu ilmu yang ilmiah. Kemudian ia mengutarakan gagasannya untuk membangun laboratorium psikologi pertama pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman, sebagai tahap awal dari upaya untuk merealisasikan niatnya tersebut. Pembangunan ini bertujuan untuk memudahkan para ahli psikologi dalam menemukan dan mengkaji objek kajian psikologi. Di dalam laboratorium Wundt inilah, banyak kalangan yang melakukan penelitian sekaligus menjadikan lab tersebut sebagai tempat belajar bagi mereka yang ingin menjadi seorang psikolog.

Atas gagasan Wundt dan jasa besarnya dalam mempelopori gerakan untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu yang ilmiah, akhirnya ia pun dinobatkan sebagai bapak psikologi modern. Jika tidak dari niat baik Wundt ini, bisa jadi sampai sekarang psikologi masih merupakan ilmu yang non-ilmiah.


ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI 

Setelah Wundt sukses dalam pembangunan laboratorium psikologi miliknya, muncullah beberapa aliran dalam psikologi yang juga berusaha untuk mempelajari psikologi secara ilmiah.

1. Strukturalisme
Salah satu murid Wundt yaitu E.B. Titchener, menyebut pendekatan yang Wundt lakukan dengan nama strukturalisme. Sama halnya seperti Wundt, para strukturalis berharap dapat menganalisis berbagai sensasi, gambaran, dan perasaan ke dalam elemen-elemen dasar. Contohnya ketika seseorang diminta untuk memakan sebuah jeruk, rasa apa sajakah yang mereka rasakan ketika mengunyah jeruk tersebut? Apakah rasanya manis dan asam, hanya manis atau hanya asam saja, atau adakah pendapat-pendapat lain ketika mencicipi sebuah jeruk tersebut.

2. Fungsionalisme
Fungsionalisme ini bertentangan dengan strukturalisme yang ingin menguraikan perilaku menjadi komponen-komponen dasar, karena fungsionalisme ingin mengetahui apa saja fungsi dan tujuan perilaku seseorang beserta alasan dibalik semua tingkah lakunya. Aliran ini memperluas bidang psikologi dengan melakukan penelitian terhadap anak-anak, hewan, dan pengalaman religius, sehingga cakupannya lebih luas daripada aliran strukturalisme. Salah satu pemimpin fungsionalisme ialah William James.

3. Psikoanalisis
Aliran ini dirumuskan oleh seorang neurolog asal Austria bernama Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan sebuah teori kepribadian dan metode terapi yang menekankan pada motif serta konflik yang tidak disadari. Freud berpendapat bahwa depresi, kecemasan, dan sejumlah kebiasaan obsesif bukanlah disebabkan oleh kondisi fisik seseorang, melainkan oleh mentalnya yang tidak sehat. Contohnya ketika seorang anak dibentak oleh kedua orangtuanya atau mengalami kekerasan pada masa kanak-kanaknya, maka tidak bisa dipungkiri akan adanya potensi depresi pada anak tersebut saat ia kelak menginjak usia dewasa. Freud juga berpendapat bahwa kesadaran yang manusia ketahui ibarat puncak gunung es saja, dan di bawah permukaan yang terlihat terdapat bagian pikiran yang tidak kita sadari (alam bawah sadar)

4. Behaviorisme
Aliran behaviorisme fokus pada perilaku yang terbentuk sebagai hasil dari proses belajar. Menurut teori behaviorisme, terdapat hubungan antara simulus dengan respon seseorang terhadap stimulus tersebut. Respon dan perilaku tertentu akan muncul melalui metode pembiasaan. Semakin intens pembiasaan yang dilakukan seseorang dalam membentuk suatu perilaku, maka dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut akan semakin 'mendarah daging' pada dirinya. Sebaliknya, perilaku tersebut akan perlahan hilang jika diberikan sanksi atau hukuman

5. Humanistik
Teori humanistik menekankan bahwa manusia harus dipahami secara keseluruhan. Menurut aliran humanistik, tujuan belajar ialah untuk memanusiakan manusia. Manusia pada dasarnya adalah baik, sehingga hal-hal baik yang manusia miliki harus dioptimalkan sebaik mungkin.

6. Gestalt
Aliran Gestalt pada awalnya muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak bahwa jiwa dibagi menjadi elemen-elemen kecil, karena dikhawatirkan maknanya akan hilang dan berubah bentuk. Pandangan utama dalam aliran ini ialah apa yang dipersepsi merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga muncullah 6 prinsip yaitu similarity, proximity, figure and ground, dan continuity.

7. Kognitif
Kognitif ialah aliran yang menekankan pada pengolahan informasi oleh otak manusia, sehingga manusia dapat memahami, belajar, dan mengingat informasi tersebut. Menurut teori kognitif, tingkah laku manusia dapat dijelaskan melalui bagaimana seseorang dapat menafsirkan suatu informasi.
older newer