Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




2nd Topic: Sensation & Perception
Selasa, 29 September 2020, September 29, 2020


Dalam kehidupan sosial, manusia seringkali memiliki persepsi atau tafsiran berbeda ketika melihat suatu kejadian atau fenomena. Seperti contoh gambar di atas, terlihat seekor singa betina sedang 'melahap' anaknya. Banyak dari kita yang tentu sudah tahu jika induk singa tersebut sedang memindahkan anaknya, bak induk kucing yang menggigit tengkuk anaknya saat hendak dipindahkan ke lain tempat. Tapi bagi sebagian orang yang tidak tahu tentang hal ini, justru bisa jadi ia menganggap induk singa tersebut sedang memakan anaknya sendiri. 

Berbicara tentang persepsi dalam psikologi, pasti ada sangkut pautnya dengan sensasi. Sensasi adalah proses aktivasi reseptor dari organ-organ tertentu di tubuh kita. Sederhananya, sensasi ialah proses penerimaan informasi berupa stimulus. Stimulus yaitu rangsangan yang dapat dirasakan oleh panca indera kita, seperti suara, cahaya, bau, dan sebagainya. Contohnya seperti suara jangkrik saat malam tiba. Suara jangkrik tersebut akan mengaktifkan reseptor sensorik yang ada di telinga kita, lalu kemudian stimulus tersebut akan diteruskan ke impuls neural dan akhirnya diterima oleh otak. Informasi atau stimulus yang sudah diteruskan ke otak kemudian akan diproses dan diterjemahkan agar dapat dimengerti oleh otak sebagai sesuatu yang lebih bermakna. Nah, proses penerjemahan informasi inilah yang dikatakan sebagai persepsi. Namun, dalam proses sensasi dan persepsi ini ada yang namanya sensory threshold, di mana manusia memiliki batas atau ambang mutlak terendah (absolute threshold) dalam penerimaan stimulus. Dibutuhkan minimal 50% dari munculnya stimulus tersebut agar bisa terdeteksi oleh indera. Contoh, seseorang dapat mendengar bunyi detik jam dari jarak sekitar 6 meter di sebuah ruangan sunyi.


HABITUATION & SENSORY ADAPTATION

Habituasi ialah keadaan di mana otak tidak lagi memperhatikan stimulus yang diterima, karena sudah terbiasa dengan kehadiran stimulus tersebut. Habituasi ini contohnya dialami oleh masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api. Kereta api yang lalu lalang setiap waktu tentu saja mengeluarkan suara yang bising. Karena mereka mendengar suara bising kereta hampir setiap hari, mereka akhirnya jadi terbiasa mendengar suara tersebut sehingga suara kereta tersebut sudah tidak lagi menjadi suatu kebisingan bagi mereka.

Tentu beda ceritanya bila seseorang yang tidak tinggal di pinggir rel memutuskan untuk pindah ke pemukiman di pinggir rel. Orang tersebut pada mulanya pasti akan merasa terganggu dengan kebisingan suara kereta, karena ia tak terbiasa mendengar suara-suara itu sebelumnya. Namun jika ia sudah menetap dalam rentang waktu yang lama, maka secara perlahan reseptor sensorik di telinganya akan menjadi kurang responsif terhadap suara kereta tersebut. Sehingga lama kelamaan ia juga akan terbiasa dengan suara kereta tersebut.

Selain habituasi dan sensori adaptasi, ada juga yang dinamakan saccades. Misalkan ketika seseorang sedang mengendarai mobil lalu tiba-tiba ada lampu berkedip di kaca spion, tentu orang tersebut akan refleks melirik ke kaca spion untuk melihat lampu kendaraan lain tersebut. Inilah yang disebut dengan saccades, di mana seseorang refleks menggerakkan matanya secara cepat tanpa disadari.


PERCEPTUAL CONSTANCIES

Persepsi atau proses penerjemahan informasi oleh otak pada setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung pada posisi atau keadaan seseorang dalam melakukan persepsi tersebut. Persepsi sendiri memiliki beberapa ketetapan/constancies yang dapat mempengaruhinya, yaitu:
  • Size constancyKecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa objek yang ia lihat mempunyai ukuran yang sama dengan ukuran asli objek tersebut, terlepas dari seberapa jauh jarak penglihatan mata terhadap benda itu. Contohnya ketika sedang melihat matahari di siang hari dari balik kacamata hitam, tentu kita sadar bahwa ukuran asli matahari tidak sekecil yang kita lihat dari bumi.
  • Shape constancyKecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa bentuk objek tidaklah berubah, terlepas dari arah mana mata memandang. Coba perhatikan ilustrasi berikut.


Pada gambar di atas, kita tahu bahwa pintu tersebut tetaplah berbentuk persegi panjang, meskipun jika dilihat dari depan bentuknya di mata kita sudah bukan lagi persegi panjang saat pintu tersebut terbuka.

  • Brightness constancy Kencenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa warna objek tetaplah sama dengan warna aslinya dan tidak berubah, meskipun kondisi pencahayaannya berubah ketika dipandang.


Masih ingatkah dengan foto dress yang sempat viral ini? Foto ini sempat memicu perdebatan di sosmed mengenai warna aslinya. Ada yang bilang berwarna biru hitam, ada juga sebagian yang bilang putih-emas. Padahal baju tersebut aslinya berwarna biru-hitam, karena pencahayaannya saja yang membuat baju tersebut tampak berwarna putih-emas.


GESTALT PRINCIPLES

Coba perhatikan pemandangan di bawah ini


Gambar apa yang pertama kali terlihat? apakah macan kumbang dan seekor burung, atau justru sesosok wajah? Dalam prinsip Gestalt, inilah yang dinamakan figure and ground illusion, dimana sebuah ilustrasi seperti contoh di atas dapat mengecoh otak kita dalam membedakan manakah yang termasuk objek dan mana yang termasuk backgroundnya.
 

FACTORS THAT INFLUENCE PERCEPTION

Secara umum, persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di sini berasal dari dalam diri seseorang, seperti kondisi atau keadaan emosi, minat, dan pengalaman pribadi. Pengalaman-pengalaman pribadi yang menjadi patokan seseorang ketika membuat persepsi disebut sebagai perceptual set. Dengan kalimat lain, perceptual set merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan faktor eksternal ialah yang berasal dari lingkungan luar. Faktor eksternal ini dapat membuat seseorang salah dalam membentuk persepsi, seperti ketika ada gangguan-gangguan atau miskomunikasi pada saat seseorang menerima informasi dari media sosial.


Read next >> Motivasi & Emosi
older newer