Hi! I'm Syifa Khansa Salsabila. Best known as 'syifa' or 'syifaks', an ISFP person who is whipped for couch and pillows
- Part of Andalasian, and also future psychologist -

NIM: 2010323004







Skin By : Adam Faiz's
Image : Pinterest
© 2013-2020 syifaks




Gestalt & Kognitif
Sabtu, 05 Desember 2020, Desember 05, 2020

 

GESTALT

Gestalt adalah pendekatan yang menyatakan bahwa manusia akan jauh lebih baik bila melihat suatu hal dalam bentuk keseluruhan (holistik) atau satu kesatuan, tidak dari bagian/elemen yang terpisah. Menurut aliran Gestalt, individu akan cenderung kesulitan untuk memecahkan masalah dan memahami makna dari suatu hal bila ia melihat sesuatu secara terpisah. Agar bisa melihat secara keseluruhan, maka dibutuhkan aktivitas otak yang melibatkan proses berpikir (kognitif dan mental). Dalam melihat/memaknai sesuatu, terdapat pemrosesan yang dinamakan top down processing yang melibatkan pemikiran untuk mempermudah manusia dalam memaknai sesuatu. Ketika individu mempersepsikan sesuatu/melakukan proses berpikir, dari sanalah perilaku individu akan terbentuk.

Anteseden

Immanuel Kant
Ketika individu mendapat sensori stimulus, individu akan mempersepsikan stimulus sebelum merespon stimulus tersebut. Menurut Kant, pengalaman individu berupa interaksi antara stimulus sensoris dengan proses-proses kerja yang ada di faculties of mind atau bagian-bagian otak. Perilaku manusia tidak bisa dijelaskan oleh stimulus saja, melainkan ada pemrosesan yang lebih dalam yakni persepsi. Pemrosesan inilah yang berfungsi untuk melihat suatu permasalahan menjadi satu kesatuan dan terintegrasi, tidak terpisah-pisah.
  • Sensasi: ketika saraf-saraf sensori menerima stimulus
  • Persepsi: bagaimana stimulus akhirnya diterjemahkan oleh otak dan bagaimana otak memaknai sensasi tersebut
Ernst Mach
Tokoh yang menyatakan adanya 2 persepsi yaitu terkait ruang dan waktu

Ehrenfels
Dalam mempersepsikan sesuatu, ada yang dinamakan "Gestaltqualitaten", dimana individu melihat satu kesatuan secara keseluruhan, bukan satu per satu

Founding of Gestalt

Max Wertheimer
Wertheimer adalah salah satu tokoh pendiri aliran Gestalt yang menyatakan adanya phi phenomenon pada tahun 1910, dimana fenomena ini menggambarkan bahwa persepsi memiliki gerak yang terstruktur, sedangkan sensori stimulus tidaklah demikian. Phi phenomenon merupakan salah satu bentuk ilusi dimana individu mempersepsikan objek statis/stagnan sebagai benda yang bergerak/dinamis, dikarenakan objek tersebut diperlihatkan dalam rentang waktu yang begitu cepat bahkan hingga per milisekon. Fenomena ini menunjukkan bahwa persepsi manusia bisa saja berbeda dari stimulus yang diterima, tergantung bagaimana stimulus tersebut dihadirkan. Wertheimer juga menekankan adanya Law of Pragnanz, dimana manusia cenderung ingin memahami/melihat sesuatu dalam bentuk yang lebih sederhana atau keseluruhan, bukan melihatnya secara satu per satu.

Other Theories & Principles

Perception 
  • Perceptual Consistency: kemampuan individu untuk mempersepsikan sesuatu yang sudah familiar secara tepat dan konsisten, meskipun bentuk, ukuran, warna, maupun lokasinya berubah.
  • The Figure-Ground Relationship: dalam melihat suatu objek, persepsi individu dipengaruhi oleh apa yang ia lihat sebagai background dan apa yang ia lihat sebagai figure
  • Perceptual Organization (Kohler)
    • Continuity: manusia cenderung untuk mempersepsikan elemen-elemen yang berdekatan dan tersusun secara bersambung sebagai satu kesatuan yang berkaitan 
    • Proximity: manusia mempersepsikan dan mengeneralisasikan elemen-elemen yang berdekatan sebagai satu hal yang sama
    • Inclusiveness: manusia cenderung melihat bagian yang lebih besar sebagai hal utama dan tidak memperhatikan bagian yang lebih kecil. Dalam kalimat lain, manusia cenderung mempersepsikan sesuatu sebagai satu kesatuan dari bagian yang lebih besar atau bagian yang tampak lebih menonjol.
    • Similarity: manusia cenderung menggabungkan elemen-elemen yang terlihat sama atau serupa dan mempersepsikannya sebagai satu kesatuan
    • Closure: ketika individu melihat sesuatu yang sudah familiar namun tidak semua bagiannya dapat terlihat, individu cenderung mampu untuk melengkapi bagian-bagian yang tidak terlihat tersebut dan bisa mempersepsikannya secara keseluruhan sebagai sesuatu yang pernah ia lihat sebelumnya
  • Subjective vs Objective Relativity: Ketika melihat sesuatu, individu cenderung mempersepsikannya berdasarkan proses yang ada di otak. Informasi sensorik dapat ditransformasikan oleh persepsi sehingga akan mempengaruhi bagaimana individu berperilaku. Contohnya seperti seseorang yang lari ketika melihat suatu geographical environtment yaitu seekor anjing yang berkeliaran tanpa memakai kalung rantai. Ketika melihat anjing tersebut, orang tersebut mempersepsikannya sebagai situasi/behavioral environtment yang berbahaya sehingga ia memilih untuk lari. 
Learning
  • Insight "Aha Moment": momen dimana individu seolah-olah mendapatkan ide secara tiba-tiba untuk menyelesaikan suatu permasalahan, ketika ia sedang diam dan termenung. Tetapi sebenarnya, insight tidak didapatkan secara tiba-tiba. Ketika individu menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan dan memilih untuk diam sejenak, sebenarnya otak individu bekerja dan mencoba untuk melihat stimulus yang terpisah. Otak akan melibatkan proses mental yaitu dengan melakukan mental restructuring, dimana otak mencoba untuk mengaitkan elemen-elemen yang terpisah sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Ketika individu mampu menstruktur kembali cara pandang dan mengaitkan antar elemennya, dari sanalah insight akan muncul.
  • Transposition: ketika individu dihadapkan pada permasalahan yang mirip dengan permasalahan yang pernah ia hadapi, individu akan cenderung menyelesaikannya dengan pola yang pernah ia terapkan pada permasalahan yang pernah ia hadapi sebelumnya
Productive Thinking
Menurut Wertheimer, teori Gestalt dapat diterapkan pada sistem pendidikan. Dalam proses belajar, individu harus memahami struktur permasalahan terlebih dahulu dan melihat keterkaitan antara satu sama lain, agar individu dapat melihat garis besar permasalahan secara keseluruhan sehingga membantu individu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Proses belajar ini sangat dipengaruhi oleh emosi, persepsi, tingkat intelektual, dsb.

Memory (Koffka)
Koffka menekankan bahwa otak memiliki sistem khusus untuk mendistribusikan informasi. Selain itu, di dalam otak terdapat pula proses memori yang melibatkan proses penyimpanan informasi.

Field Theory (Kurt Lewin)
  • Life space: perilaku & pemikiran manusia dipengaruhi oleh life space yang terdiri dari:
    • Internal events: kondisi yang dirasakan dari dalam tubuh (lapar, sakit, pusing, dll)
    • External events: apa yang dilihat individu di lingkungan sekitarnya
    • Recollections of prior experience: ingatan individu terkait pengalaman sebelumnya
  • Principle of contemporanelty: kehidupan/life space orang saat ini mempengaruhi manusia dalam berpikir dan bertindak. Menurut Lewin, pikiran dan tindakan individu tidak akan dipengaruhi oleh pengalaman yang tidak individu sadari atau yang tidak dirasakan dalam life spacenya
  • Conflict
    • Approach-approach conflict: individu dihadapkan pada 2 pilihan yang menyenangkan
    • Avoidance-avoidance conflict: individu harus memilih di antara 2 pilihan yang tidak disenangi
    • Approach-avoidance conflict: individu dihadapkan pada 1 pilihan yang menyenangkan, tetapi pilihan tersebut juga memiliki konsekuensi yang harus ditanggung
Kontribusi besar gestalt dalam bidang psikologi salah satunya yakni mempopulerkan pandangan terkait perspektif dan keterlibatan persepsi, juga mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Saat ini, pendekatan gestalt populer digunakan untuk menjelaskan fenomena di bidang social psychology. Meskipun demikian, pendekatan gestalt ini mendapat kritikan dikarenakan terdapat beberapa istilah yang belum dapat dijelaskan secara lebih rinci dan mendalam.


KOGNITIF

Kognitif adalah salah satu pendekatan terkini dalam psikologi dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Psikologi kognitif fokus pada penjelasan terkait proses berpikir dan pengolahan informasi di dalam otak manusia, yang akan menentukan perilaku individu. Konsep-konsep yang dibahas di psikologi kognitif meliputi memori, pembentukan konsep, atensi/perhatian, penalaran, penarikan kesimpulan, problem-solving, mental imagery (membayangkan sesuatu), penilaian/judgement, dan pemahaman bahasa/languange.

Early Influence

1932 - Frederic Charles Barlett
Pada tahun 1932, pendekatan-pendekatan yang mengarahkan pada proses mental sudah mulai bermunculan. Menurut Barlett, informasi yang diterima oleh individu akan mengalami pengkodean (encoded) untuk kemudian disimpan (stored) dan direcall. Istilah-istilah dalam proses penerimaan informasi ini masih dipakai pada pendekatan-pendekatan psikologi saat ini.

Jean Piaget
Piaget menjelaskan konsep-konsep yang masih sangat relevan hingga saat ini, terkait proses-proses yang terjadi di setiap tahapan perkembangan kognitif manusia sejak lahir hingga dewasa. Menurut Piaget, manusia memiliki tingkatan kognitif yang didasarkan oleh usia individu. Ia juga mengatakan bahwa perkembangan struktur kognitif yang matang tidak lepas kaitannya dari interaksi antara proses kognitif otak dengan lingkungannya.

1948 - Cybernatic
Pada tahun ini, orang-orang sudah mulai menyadari bahwa proses kognitif/proses mental akan sulit dipahami bila tidak disimulasikan dalam bentuk yang bisa diamati. Dari situlah mulai muncul ketertarikan untuk mensimulasikannya pada mesin, dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai proses berpikir dan bagaimana individu akhirnya bisa memecahkan masalah. 

1959 - Languange and Information (Noam Chomsky)
Chomsky menyatakan bahwasanya manusia memiliki kemampuan bawaan/innate untuk memproses bahasa. Ketika lahir, bayi memiliki languange acquisition device di dalam struktur otaknya, dimana bayi terlahir dengan kapasitas untuk memahami bahasa.

Cognitive Revolution
Pada tahun 1960, Donald Hebb selaku ketua APA pada saat itu mulai tertarik dengan konsep mesin khususnya komputer sebagai model untuk mempelajari proses kognitif manusia. Dan akhirnya dari tahun 1990an berkembanglah Artificial Intelligence (AI) yang terus berkembang hingga sekarang, terutama di negara-negara maju yang sering memanfaatkan AI untuk menciptakan inovasi teknologi seperti Siri, Alexa, Google Maps, dan masih banyak lagi. Pengembangan AI ini tidak lepas kaitannya dari proses kognitif, dimana kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain.
Humanistic
Sabtu, 28 November 2020, November 28, 2020
Humanistik merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang manusia sebagai satu kesatuan antara mind (pikiran), body (raga), & spirit. Aliran ini muncul pada sekitar tahun 1960-an sebagai kritik atas aliran behaviorisme dan psikoanalisa, dikarenakan kedua aliran ini dianggap cenderung mengabaikan pentingnya eksistensi manusia.

Humanistik menekankan bahwasanya setiap individu memiliki kebebasan yang besar untuk menentukan masa depannya dan sangat potensial untuk mengembangkan pribadinya. Aliran ini fokus pada teori eksistensi manusia, dimana setiap manusia memiliki kemampuan-kemampuan khusus yang menjadi kualitas khas/unik dari setiap individu. Humanistik sebagai revolusi ketiga dalam psikologi (third-force psychology) memandang manusia sebagai makhluk yang otoritas atas kehidupannya sendiri dan memiliki kebebasan untuk membuktikan eksistensi dirinya. 


ANTESEDEN

1838-1917 (Phenomenology)
Metode fenomenologi dicetuskan oleh Edmund Husserl, yaitu metode yang berakar pada kesadaran intensionalitas. Konsep kesadaran intensionalitas didirikan oleh Franz Brentano, dimana intensionalitas merupakan kesadaran yang selalu mengarah kepada sesuatu (misal: kesadaran terhadap waktu, kesadaran terhadap eksistensi diri, dll).

1939-1945 (Eksistensial)
Teori eksistensial menekankan kebebasan dan kemerdekaan individu dalam menentukan pilihan hidupnya.
  • Martin Heidegger: Heidegger berpendapat bahwa dunia menjadi komponen yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia. Menurutnya, manusia dalam kehidupannya memiliki free-will atau kehendak bebas untuk menentukan eksistensi dirinya. Individu dikatakan memiliki authentic life jika ia mampu mengoptimalkan dirinya, dan dikatakan menjalani inauthentic life jika individu merasa cemas dan bersalah dikarenakan ketakutannya terhadap kematian. Meskipun demikian, individu memiliki batasan dalam menentukan jalan hidupnya, dimana terdapat hal-hal yang tidak akan bisa dipilih oleh individu itu sendiri. Batasan ini dikenal dengan sebutan throwness.
  • Ludwig Binswanger: Binswanger berorientasi pada bagaimana individu menentukan eksistensi hidupnya di masa sekarang (present). Ia menggunakan psikoterapi Daseinalysis, dimana ia fokus terhadap kecemasan, ketakutan, nilai-nilai yang dialami, pemikiran, dan hubungan sosial individu saat ini. Ia juga mementingkan bahwa setiap individu memiliki hubungan subjektif tersendiri dan tidak bisa digeneralisasikan. Menurut Binswanger, individu dapat mengambil hikmah dan makna kehidupan dari setiap pengalaman pahit yang menimpanya, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwasanya pengalaman tersebut dapat membuat individu merasa terpuruk. Selain itu, Binswanger mengemukakan pemikirannya mengenai Modes of Existence:
    • Umwelt: bagaimana individu memandang apa yang terjadi di dunia sekitarnya
    • Mitwelt: bagaimana interaksi antar individu
    • Eignwelt: pemikiran individu dalam memaknai dirinya sendiri dari pengalaman yang ia lalui
  • Rollo May: May menyatakan bahwa terdapat dilema antara manusia sebagai subjek vs manusia sebagai objek (Human Dilema). Menurut May, setiap kebebasan memiliki tanggung jawab yang harus dipikul oleh individu. Tanggung jawab ini dapat menimbulkan kecemasan pada individu, yang dibagi menjadi kecemasan normal dan kecemasan neurotik (kecemasan yang menjadi gangguan pada individu). Kecemasan normal ialah kondisi ketika individu merasa cemas terhadap apa yang harus dilakukan agar bisa bertanggungjawab dengan kebebasan yang ia miliki sehingga mampu mengoptimalkan potensinya. Sedangkan kecemasan neurotik ialah ketika seseorang justru merasa takut terhadap kebebasan yang ia miliki. Banyak individu yang menyerah dari kebebasan yang ia miliki dan lari dari tanggung jawabnya, dikarenakan ketidakberanian mereka untuk menghadapi takdir tersebut. Dalam praktiknya, May menggunakan narrative therapy untuk memahami kisah hidup seseorang. Ia juga menyatakan bahwa setiap manusia memiliki sisi baik dan sisi buruk. Pernyataan inilah yang menjadi dasar terbentuknya Positive Psychology, yakni sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan individu agar menjadi lebih baik, melalui peninjauan dari unsur-unsur positif yang ada dalam dirinya.
  • George Kelly: Kelly berpendapat bahwasanya manusia memiliki kebebasan untuk mengambil tindakan yang dirasa paling tepat berdasarkan prediksinya. Kelly mengembangkan fixed-role therapy, dimana terapi ini bertujuan untuk membantu klien mengubah pandangannya tentang hidup dan memahami sudut pandang orang lain dengan melakukan peran yang sudah ditentukan.
1950 (Humanistik)
  • Abraham Maslow: merupakan penemu teori humanistik. Ia terkenal akan teori hierarki kebutuhan atau Hierarchy of Needs. Abraham Maslow mengurutkan kebutuhan seseorang berdasarkan tingkat prioritasnya, dari tingkat dasar yaitu kebutuhan basic sampai ke tingkat tertinggi. Kebutuhan yang paling dasar meliputi kebutuhan fisiologis, seperti air, makanan, udara, tidur, dll. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan dalam merasakan keamanan. Selanjutnya, ada pula kebutuhan terhadap cinta, kasih sayang, dan kepemilikan. Dan yang terakhir, manusia membutuhkan harga diri atau self-esteem sebagai kebutuhan dasarnya. Tingkat tertinggi dalam teori hierarki kebutuhan ini yaitu pengaktualisasian diri (self actualization), yang manusia butuhkan untuk memvalidasi dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain ketika 4 kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi. Maslow juga membedakan antara demotivated dan being-motivated. Demotivated ialah kondisi dimana seseorang berfokus untuk memenuhi kebutuhan basicnya terlebih dahulu. Bila basic need telah terpenuhi, barulah seseorang akan merasa termotivasi/being motivated untuk memenuhi kebutuhan lain seperti kecantikan, keadilan, dll.



  • Carl Rogers: Roger mengembangkan salah satu teori cabang humanistik yang disebut dengan Client Center Therapy (1951). Ia juga memperkenalkan teori positive regard, dimana setiap manusia memilki kebutuhan akan penghargaan positif yang harus dipenuhi dan akan berpengaruh terhadap perkembangan diri. Perkembangan diri ini dipengaruhi oleh kasih sayang ibu yang didapatkan seseorang semasa kecil. Positive regard terbagi menjadi 2, yakni conditional positive regard (penghargaan yang diberikan bila memenuhi syarat tertentu) dan unconditional positive regard (penghargaan atas kemampuan seseorang yang tidak bersyarat, seperti ibu yang menyayangi anaknya tanpa pamrih).

EKSISTENSIAL VS PSIKOLOGI HUMANISTIK

Persamaan:
  1. Manusia memiliki free-will & bertanggung jawab atas kebebasan yang ia miliki
  2. Setiap individu memiliki kualitas khas yang menjadi keunikan masing-masing individu
  3. Manusia harus dipandang dan dipelajari sebagai satu kesatuan
  4. Authentic life dipandang sebagai opsi yang lebih baik dibandingkan inauthentic life
  5. Manusia tidak bisa dipelajari secara tradisional
Perbedaan:
  1. Humanistik menekankan asumsi bahwa manusia pada dasarnya baik, sedangkan eksistensial lebih menekankan asumsi bahwasanya manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan hidupnya.
  2. Eksistensial cenderung menekankan pentingnya makna kematian sebagai puncak dan akhir dari eksistensi manusia
Kritikan
  1. Humanistik dianggap terlalu mengkritisi metode-metode terdahulu seperti behaviorisme dan psikoanalisa
  2. Beberapa konsep dinilai lebih abstrak dan sulit untuk dipahami
Kontribusi terhadap Psikologi
  1. Mempopulerkan pandangan bahwasanya manusia harus dipelajari secara keseluruhan
  2. Mengembangkan dan mempopulerkan teori untuk memahami motivasi, goals, dan keunikan manusia
  3. Melatarbelakangi terbentuknya pendekatan Positive Psychology yang fokus pada pengoptimalisasian diri manusia agar dapat menjadi individu yang lebih baik
Functionalism & Behaviorism
Sabtu, 14 November 2020, November 14, 2020

Sebelumnya dalam pembahasan mengenai psikologi modern (dapat dilihat kembali di sini), kita telah mengetahui bahwa terdapat bermacam aliran dalam psikologi yang berusaha untuk mempelajari psikologi secara ilmiah. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas lebih lanjut mengenai 2 aliran psikologi modern, yakni fungsionalisme dan behaviorisme.


FUNCTIONALISM

Aliran fungsionalisme didirikan oleh William James bersama dengan John Dewey. Fungsionalisme ialah aliran psikologi yang cenderung menekankan pada proses mental, dan lebih fokus kepada peranan dan fungsi-fungsi dari kesadaran. Aliran fungsionalisme menganggap bahwa kesadaran yang meliputi pikiran, emosi, persepsi indrawi, dan kehendak bebas (free-will) merupakan adaptasi individu terhadap lingkungan fisik. Fungsionalisme terdiri dari aliran fungsionalisme Chicago dan Columbia. Pemanfaatan fungsionalisme Chicago diterapkan dalam bidang pendidikan, sedangkan pemanfaatan fungsionalisme Columbia diterapkan dalam bidang yang lebih beragam sehingga cakupannya lebih luas. 

Menurut Fred S. Keller, terdapat beberapa karakteristik fungsionalis psikologi, yaitu:
  1. Fungsionalis menentang strukturalis mengenai pandangan mereka terhadap fokus objek kesadaran
  2. Fungsionalis lebih menekankan pada fungsi akal daripada penjelasan statis mengenai isinya
  3. Fungsionalis menginginkan psikologi menjadi ilmu praktis, bukan sekedar ilmu murni
  4. Fungsionalis mendesak perluasan mengenai penelitian dan metode yang dipakai dalam psikologi
  5. Fungsionalis menerima proses mental dan perilaku sebagai objek penting dari psikologi
  6. Fungsionalis lebih tertarik pada penyebab perbedaan individu daripada penyebab kemiripan individu
  7. Fungsionalis tertarik pada 'mengapa' proses mental terjadi dan tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi

Tahap Perkembangan Fungsionalisme
  1. Moral dan Mental (1640-1776) ➡ Psikologi masih tergabung dengan topik-topik seperti etika, ketuhanan, dan filsafat. Tokoh yang berperan dalam perkembangan di tahap ini yakni Samuel Johnson dan John Locke
  2. Filsafat Intelektual (1776-1886) ➡ Psikologi di Amerika mulai terpisah menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan dipengaruhi oleh filsafat akal sehat Skotlandia
  3. Renaissance U.S. (1886-1896) ➡ Psikologi menjadi ilmu empiris yang terlepas dari agama dan filsafat. Perbedaan individu, kepraktisan, dan adaptasi terhadap lingkungan menjadi fokus utama dari psikologi
  4. Fungsionalisme Amerika (1896-present) ➡ Pada tahap ini, mulailah berdiri sekolah fungsionalisme yang di dalamnya menggabungkan sains, fokus terhadap kepraktisan, penekanan pada individu, dan teori evolusi.

Tokoh-tokoh Aliran Fungsionalisme

William James
James adalah pelopor aliran fungsionalisme yang berkontradiksi dengan aliran strukturalisme. Ia melontarkan ketidaksetujuannya terhadap penyelidikan yang terlalu mendalam tentang struktur jiwa seseorang. Menurutnya, otak, kesadaran/consciousness dan pikiran/mind seseorang terus mengalami perubahan seiring waktu. James menyatakan bahwa psikologi tidak sekedar mempelajari elemen dari mind process, tetapi juga mengamati bagaimana fungsi adaptif dari mind itu sendiri. Dengan penekanan pada fungsi dari kesadaran, ia menganggap bahwa metode introspeksi dari strukturalisme terlalu membatasi. Oleh karena itu menurut ahli fungsionalis, dibutuhkan yang namanya observasi atau penelitian perilaku aktual untuk melengkapi data yang berasal dari introspeksi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana organisme mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Aliran Fungsionalisme Chicago
James Rowland Angell
Angell mengutarakan 3 pandangannya dalam mendefinisikan apa itu fungsionalisme, yakni:
  1. Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation, berkontradiksi dengan psikologi strukturalisme yang berorientasi pada elemen mental. Fungsionalisme mempelajari bagaimana aktivitas kerja dari proses mental, apa yang dikerjakan, dan dalam kondisi apa hal itu terjadi
  2. Fungsionalisme adalah psikologi mengenai fungsi dasar kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan spesies/individu dan lingkungannya
  3. Fungsionalisme merupakan psikologi yang bersifat psikofisikal, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang menyangkut penafsiran hubungan antara jiwa dan tubuh
John Dewey
Dewey adalah tokoh pencetus aliran fungsionalisme yang menolak aliran psikologi elementarisme. Ia menyatakan bahwa segala pemikiran dan perbuatan harus memiliki tujuannya. Dalam bidang pendidikan, ia menerapkan prinsip 'learning by doing', di mana seseorang perlu melakukan tugas/pekerjaan secara langsung sembari terus belajar dari apa yang ia kerjakan. Dewey juga berpendapat bahwa persepsi dan gerakan (stimulus-respon) merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan setiap perilaku akan berujung kepada respon terhadap stimulus

Aliran Fungsionalisme Columbia
James McKeen Cattel
Cattel adalah tokoh pencetus kata 'tes mental'. Menurutnya, intelegensi dapat diukur melalui studi sensoris dan kemampuan motorik. Terdapat beberapa pandangan Cattel terhadap aliran fungsionalisme, yakni:
  1. Fungsionalisme menganggap manusia sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, fungsionalisme tidak menganut paham dualisme.
  2. Fungsionalisme mempelajari hubungan antar tingkah laku dan tidak perlu deskriptif dalam mempelajarinya
  3. Perkembangan dari fungsionalisme meliputi seluruh cabang psikologi modern
Edward Lee Thorndike
Thorndike terkenal akan 2 hukumnya, yakni the law of effect (hukum efek) dan the law of exercise/the law of use & disuse (hukum latihan). The law of effect menyatakan bahwa peningkatan intensitas hubungan antara stimulus-respon dipengaruhi oleh keadaan menyenangkan yang menyertainya. Berdasarkan the law of exercise, hubungan antara stimulus dan respons dapat melemah bila tidak dilatih atau tidak dilakukan secara berulang-ulang, karena stimulus-respon dapat muncul dengan adanya pengulangan.


BEHAVIORISM

Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menolak keras pemikiran aliran fungsionalisme yang menyatakan bahwa kesadaran merupakan objek studi dari psikologi. Behaviorisme memandang konsep-konsep mental sebagai konsep yang tidak nyata dan tidak mempunyai arti/makna pada ilmu tingkah laku. Psikologi haruslah fokus pada tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang dapat diamati, bukanlah fokus kepada sesuatu yang tidak nyata (tidak dapat diraba, dilihat, dirasakan, dan diukur) seperti consciousness/kesadaran.

Dalam aliran behaviorisme, ada yang namanya neobehaviorisme. Beberapa prinsip neobehaviorisme yaitu:
  1. Fokus pada proses belajar
  2. Sebagian besar tingkah laku dapat dijelaskan melalui hukum conditioning, sekompleks apapun itu
  3. Mengadopsi prinsip operasionalisme
Beberapa tokoh aliran behaviorisme yaitu:

Ivan M. Sechenov
Sechenov berpandangan bahwa semua perilaku/aksi pada awalnya selalu disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari sensori eksternal dan dihasilkan dari proses fisiologis dalam otak. Oleh karena itu, Sechenov menolak pendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh mind

Sechenov menekankan pentingnya inhibisi untuk menjelaskan mengapa manusia sering mengontrol tingkah laku refleks secara sengaja, seperti menahan bersin. Inhibisi juga dapat menjelaskan penyebab ketidaksesuaian antara intensitas stimulus dengan intensitas respon yang muncul. 

Selain itu, ia juga menyatakan bahwa psikologi harus dipelajari menggunakan metode fisiologi objektif, sehingga dapat dikatakan sebagai ilmu yang positif dan ilmiah. Oleh karena itu, ia menolak metode analisis introspeksi dalam menafsir fenomena psikologi

John B. Watson
Watson adalah tokoh pencetus aliran behaviorisme. Ia juga seorang ahli matematika dan filsafat dari Universitas Chicago, yang terkenal akan teorinya mengenai Stimulus-Respon. Ia menyatakan bahwa psikologi harus menggunakan metode empiris yakni observasi, pengondisian, pengujian (testing), dan laporan-laporan verbal. Bebarapa pandangan Watson yaitu:
  • Psikologi merupakan ilmu yang bertujuan untuk memprediksi tingkah laku, dikarenakan terdapat hukum yang mengatur dan mengontrol tingkah laku. Ketika suatu organisme dipapari stimulus, psikologi dapat memperkirakan respons apa yang muncul dari spesies/individu tersebut
  • Tingkah laku tidak didasari oleh free-will maupun unsur herediter, melainkan ditentukan oleh faktor eksternal/lingkungan
  • Watson menolak the law of effect Thorndike dan mendukung teori Classical Conditioning Pavlov. Menurutnya, kebiasaan/habits didapat dari hasil belajar dan merupakan proses pengondisian yang kompleks. Watson menerapkannya pada percobaan fobia terhadap bayi Albert. Dalam eksperimen ini, Watson mendemonstrasikan bagaimana stimulasi dapat dipengaruhi oleh pengalaman sehingga menimbulkan respon emosional
  • Mengenai memori/ingatan, ia berpendapat bahwa semua yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seberapa sering individu melakukan atau menggunakan sesuatu. Kebutuhanlah yang menjadi faktor penentu apakah sesuatu berubah menjadi habit.
  • Watson membuka jalan bagi penelitian-penelitian psikologi yang empiris pada eksperimen yang terkontrol, dikarenakan pernyataan tegasnya bahwa terdapat hukum yang mengontrol tingkah laku dan penolakannya terhadap konsep jiwa/kesadaran

Ivan P. Pavlov
Sejalan dengan Sechenov, Pavlov mempercayai bahwa psikologi harus dipelajari menggunakan metode dan konsep dalam fisiologi. Pavlov dikenal dengan teori yang ia kemukakan, yaitu metode Classical Conditioning. Ia menggunakan anjing sebagai objek penelitiannya. Pertama-tama, anjing diberi stimulus berupa bunyi bel yang kemudian diikuti oleh pemberian makanan. Hal tersebut dibiasakan secara terus menerus dan berlangsung selama berbulan-bulan, sehingga setiap bel berbunyi akan timbul respons berupa air liur dari mulut anjing. Suatu hari, Pavlov mencoba membunyikan bel tanpa menyodorkan makanan. Alhasil, sang anjing tetap bereaksi dengan mengeluarkan air liurnya, karena sudah terbiasa diberi makanan ketika bel dibunyikan. Inilah yang dinamakan dengan proses belajar, yang diyakini juga terjadi pada manusia.
  • Ia menemukan refleks yang dipelajari (Conditioned Reflex), dibuktikan dari produksi cairan lambung anjing yang dipicu oleh pemberian makanan. Ada juga refleks yang tidak dipelajari/bawaan lahir (Unconditioned Reflex), yang dipicu oleh stimulus yang tidak dipelajari (Unconditioned Stimulus/US)
  • Refleks disebabkan oleh stimulus tertentu dan dapat juga terhambat bila ada hambatan. Dalam Exciatory Conditioning, Conditioned Stimulus (CS) akan memicu Conditioned Response (CR). Sedangkan dalam Inhibitory Conditioning, CS akan menghambat CR.

B.F. Skinner
Skinner dikenal dengan teori yang ia kemukakan, yakni metode Operant Conditioning. Berbeda dengan Pavlov, menurutnya tingkah laku merupakan suatu tindakan yang disengaja atau operant behavior, dan terjadi tanpa stimulus yang nyata. Ia berpendapat bahwa organisme beroperasi dalam lingkungannya untuk mendapatkan reward/makanan. Selama hidup dalam lingkungannya, organisme akan berhadapan dengan beragam stimulus, di antaranya reinforcing stimulus yang memperkuat operant (tingkah laku yang tampil persis sebelum bertemu dengan stimulus). Operant conditioning juga disebut sebagai instrumental learning, di mana tingkah laku yang dipelajari merupakan alat untuk mencapai reward/hadiah dan menghindari punishment/hukuman.

Vladimir M. Bechterev
Bechterev adalah pendiri laboratorium eksperimen pertama di Rusia berkat dorongan dari Wundt & Du Bois-Reymond. Ia merupakan tokoh di bidang refleksologi, yakni studi yang sangat objektif terhadap perilaku manusia. Dalam studi ini, ia mempelajari hubungan stimulasi lingkungan dan perilaku yang tampak (overt behavior) seperti ekspresi wajah, gestur, dan gaya bicara

Bechterev bertentangan dengan Pavlov. Ia melayangkan berbagai kritikan terhadap teori conditioning Pavlov, dengan menyatakan bahwa metode tersebut sulit diterapkan pada manusia. Menurutnya, refleks sekresi merupakan suatu hal yang tidak penting dari perilaku makhluk hidup, karena sifatnya yang unreliable dan sulit diukur secara akurat.

William McDougall
Dougall adalah tokoh aliran behaviorisme pertama yang mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku. Pada tahun 1905, ia menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu positif dari perilaku makhluk hidup, dan definisi ini ia yakini sebagai definisi terbaik dan paling komprehensif. Dalam bukunya yang berjudul 'An Introduction to Social Psychology', ia menegaskan bahwa seorang psikolog tidak boleh puas dengan pemikiran sempit mengenai psikologi yang terbatas sebagai ilmu kesadaran. Dougall berpendapat bahwa peristiwa mental dapat dipelajari secara objektif melalui pengamatan pengaruhnya terhadap perilaku. 

McDougall mempelajari tipe perilaku purposif/purposive behavior. Perilaku ini bersifat spontan dan tidak memerlukan stimulus, sehingga berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Tujuan dari perilaku ini biasanya konstan. Namun jika ada kendala, individu cenderung melakukan perilaku-perilaku lain untuk meraih tujuannya. Purposive behavior akan semakin efektif bila terus dilatih, dan akan berhenti jika tujuan telah tercapai

Dougall vs Watson
Dougall menentang teori Watson bahwasanya insting tidak memiliki pengaruh apapun terhadap perubahan perilaku. Dougall menegaskan bahwa perubahan perilaku erat kaitannya dengan pengaruh dari insting. Menurutnya, setiap organisme memiliki insting sebagai bawaan lahir, yang menjadi motivasi untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu. Insting memiliki 3 komponen, yaitu persepsi, tingkah laku, dan emosi. McDougall menyatakan bahwa insting adalah pendorong semua perilaku dari hewan maupun manusia, sedangkan Watson berpendapat bahwa manusia tidak memiliki insting sehingga psikologi seharusnya menghapus istilah insting dalam mempelajari manusia.
Darwin, Intelligence Theory, and Psychology
Senin, 09 November 2020, November 09, 2020


Jika mendengar nama Darwin, pasti kebanyakan dari kita teringat pada teori evolusi. Seperti yang kita tahu, teori evolusi ini ialah teori populer yang dikemukakan oleh Charles Darwin, yang menyatakan bahwasanya manusia adalah hasil revolusi dari kera sebagai nenek moyang manusia. Kera mengalami revolusi dari kera sederhana menjadi kera tingkat tinggi, sampai akhirnya menjadi manusia. Proses evolusi ini terjadi akibat adanya seleksi alam, yang mengusung konsep survival of the fittest yaitu 'yang bisa bertahan hidup ialah mereka yang bisa berevolusi/beradaptasi'. Konsep ini ia dapatkan dari pengamatan Darwin terhadap variasi/keberagaman proses evolusi binatang dalam spesies yang sama atau antar spesies.

Selain itu, Darwin berpendapat bahwa setiap orang memiliki template yang sama, contohnya seperti ekspresi wajah manusia yang bersifat universal. Artinya, setiap orang di seluruh dunia memiliki ekspresi wajah yang sama persis, terlepas dari ras dan budayanya. Contohnya ketika seseorang tersenyum saat mendengar kabar bahagia, di mana hal tersebut sudah menjadi ekspresi yang umum diperlihatkan oleh setiap orang. Menurut Darwin, ekspresi wajah manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan, yang tidak didapatkan dari hasil pembelajaran atau pengalaman. Ekspresi inilah yang menjadi hasil evolusi emosi pada binatang.

Pengaruh Charles Darwin terhadap Psikologi yaitu:
  • Fokus pada psikologi (tingkah laku dan proses mental) binatang
  • Mengubah fokus ilmu psikologi dari struktur kesadaran ke fungsi kesadaran (fungsionalisme menekankan bagaimana pikiran makhluk hidup berfungsi untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan)
  • Menerapkan metode dan menggunakan data dari banyak bidang
  • Fokus pada gambaran dan pengukuran perbedaan individual

Tes Mental dan Teori Inteligensi

Konsep tes mental berawal dari tes inteligensi yang pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Galton tertarik untuk mengamati perbedaan individual dari teori evolusi Darwin, sehingga ia melakukan prosedur pengukuran inteligensi menggunakan 2 macam tes, yakni tes individual dan tes kelompok. Galton mengukur inteligensi melalui kapasitas sensoris seseorang. Tingkat fungsi sensoris seseorang akan semakin meningkat bila inteligensinya semakin tinggi. Dari penelitian inilah Galton berkontribusi dalam pembuktian bahwa kemampuan mental bersifat turunan (diperoleh secara hereditas) serta pembuktian adanya perbedaan individual pada kapasitas individu.

Inteligensi erat kaitannya dengan bakat, kreativitas, dan prestasi seseorang, yang diukur melalui tes IQ. Ukuran IQ ialah rasio antara umur kecerdasan seseorang dengan umur pada kalender. Teori Inteligensi ini terus mengalami perkembangan, dimulai dari Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Lewis L. Thurstone, James P. Guilford, hingga Howard Gardner. 

Inteligensi Menurut Charles Spearman

Teori inteligensi menurut Spearman dikenal sebagai teori inteligensi dwifaktor atau bifaktor. Hal ini berdasarkan pernyataannya bahwa inteligensi manusia terdiri atas 2 faktor, yakni faktor yang bersifat umum (general factor atau 'g') dan faktor yang bersifat khusus (specific factor atau 's'). Adanya kedua faktor ini dikarenakan kecerdasan manusia yang juga dibagi ke dalam 2 macam, yakni kecerdasan umum (general ability) dan kecerdasan khusus (specific ability). Faktor umum inilah yang mendasari semua tingkah laku manusia, sedangkan faktor khusus hanya mendasari tingkah laku tertentu.

Menurut Spearman, terdapat keberagaman atau variasi jumlah dari faktor inteligensi umum (g) pada setiap individu. Faktor g ini menjadi penentu tingkat kecerdasan seseorang, sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut secara umum termasuk ke dalam kategori orang yang cerdas atau bodoh. Oleh karena itu, jumlah g yang dimiliki individu sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuannya dalam mengerjakan soal tes inteligensi.
2nd Topic: Sensation & Perception
Selasa, 29 September 2020, September 29, 2020


Dalam kehidupan sosial, manusia seringkali memiliki persepsi atau tafsiran berbeda ketika melihat suatu kejadian atau fenomena. Seperti contoh gambar di atas, terlihat seekor singa betina sedang 'melahap' anaknya. Banyak dari kita yang tentu sudah tahu jika induk singa tersebut sedang memindahkan anaknya, bak induk kucing yang menggigit tengkuk anaknya saat hendak dipindahkan ke lain tempat. Tapi bagi sebagian orang yang tidak tahu tentang hal ini, justru bisa jadi ia menganggap induk singa tersebut sedang memakan anaknya sendiri. 

Berbicara tentang persepsi dalam psikologi, pasti ada sangkut pautnya dengan sensasi. Sensasi adalah proses aktivasi reseptor dari organ-organ tertentu di tubuh kita. Sederhananya, sensasi ialah proses penerimaan informasi berupa stimulus. Stimulus yaitu rangsangan yang dapat dirasakan oleh panca indera kita, seperti suara, cahaya, bau, dan sebagainya. Contohnya seperti suara jangkrik saat malam tiba. Suara jangkrik tersebut akan mengaktifkan reseptor sensorik yang ada di telinga kita, lalu kemudian stimulus tersebut akan diteruskan ke impuls neural dan akhirnya diterima oleh otak. Informasi atau stimulus yang sudah diteruskan ke otak kemudian akan diproses dan diterjemahkan agar dapat dimengerti oleh otak sebagai sesuatu yang lebih bermakna. Nah, proses penerjemahan informasi inilah yang dikatakan sebagai persepsi. Namun, dalam proses sensasi dan persepsi ini ada yang namanya sensory threshold, di mana manusia memiliki batas atau ambang mutlak terendah (absolute threshold) dalam penerimaan stimulus. Dibutuhkan minimal 50% dari munculnya stimulus tersebut agar bisa terdeteksi oleh indera. Contoh, seseorang dapat mendengar bunyi detik jam dari jarak sekitar 6 meter di sebuah ruangan sunyi.


HABITUATION & SENSORY ADAPTATION

Habituasi ialah keadaan di mana otak tidak lagi memperhatikan stimulus yang diterima, karena sudah terbiasa dengan kehadiran stimulus tersebut. Habituasi ini contohnya dialami oleh masyarakat yang tinggal di pinggir rel kereta api. Kereta api yang lalu lalang setiap waktu tentu saja mengeluarkan suara yang bising. Karena mereka mendengar suara bising kereta hampir setiap hari, mereka akhirnya jadi terbiasa mendengar suara tersebut sehingga suara kereta tersebut sudah tidak lagi menjadi suatu kebisingan bagi mereka.

Tentu beda ceritanya bila seseorang yang tidak tinggal di pinggir rel memutuskan untuk pindah ke pemukiman di pinggir rel. Orang tersebut pada mulanya pasti akan merasa terganggu dengan kebisingan suara kereta, karena ia tak terbiasa mendengar suara-suara itu sebelumnya. Namun jika ia sudah menetap dalam rentang waktu yang lama, maka secara perlahan reseptor sensorik di telinganya akan menjadi kurang responsif terhadap suara kereta tersebut. Sehingga lama kelamaan ia juga akan terbiasa dengan suara kereta tersebut.

Selain habituasi dan sensori adaptasi, ada juga yang dinamakan saccades. Misalkan ketika seseorang sedang mengendarai mobil lalu tiba-tiba ada lampu berkedip di kaca spion, tentu orang tersebut akan refleks melirik ke kaca spion untuk melihat lampu kendaraan lain tersebut. Inilah yang disebut dengan saccades, di mana seseorang refleks menggerakkan matanya secara cepat tanpa disadari.


PERCEPTUAL CONSTANCIES

Persepsi atau proses penerjemahan informasi oleh otak pada setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung pada posisi atau keadaan seseorang dalam melakukan persepsi tersebut. Persepsi sendiri memiliki beberapa ketetapan/constancies yang dapat mempengaruhinya, yaitu:
  • Size constancyKecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa objek yang ia lihat mempunyai ukuran yang sama dengan ukuran asli objek tersebut, terlepas dari seberapa jauh jarak penglihatan mata terhadap benda itu. Contohnya ketika sedang melihat matahari di siang hari dari balik kacamata hitam, tentu kita sadar bahwa ukuran asli matahari tidak sekecil yang kita lihat dari bumi.
  • Shape constancyKecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa bentuk objek tidaklah berubah, terlepas dari arah mana mata memandang. Coba perhatikan ilustrasi berikut.


Pada gambar di atas, kita tahu bahwa pintu tersebut tetaplah berbentuk persegi panjang, meskipun jika dilihat dari depan bentuknya di mata kita sudah bukan lagi persegi panjang saat pintu tersebut terbuka.

  • Brightness constancy Kencenderungan seseorang untuk menginterpretasikan bahwa warna objek tetaplah sama dengan warna aslinya dan tidak berubah, meskipun kondisi pencahayaannya berubah ketika dipandang.


Masih ingatkah dengan foto dress yang sempat viral ini? Foto ini sempat memicu perdebatan di sosmed mengenai warna aslinya. Ada yang bilang berwarna biru hitam, ada juga sebagian yang bilang putih-emas. Padahal baju tersebut aslinya berwarna biru-hitam, karena pencahayaannya saja yang membuat baju tersebut tampak berwarna putih-emas.


GESTALT PRINCIPLES

Coba perhatikan pemandangan di bawah ini


Gambar apa yang pertama kali terlihat? apakah macan kumbang dan seekor burung, atau justru sesosok wajah? Dalam prinsip Gestalt, inilah yang dinamakan figure and ground illusion, dimana sebuah ilustrasi seperti contoh di atas dapat mengecoh otak kita dalam membedakan manakah yang termasuk objek dan mana yang termasuk backgroundnya.
 

FACTORS THAT INFLUENCE PERCEPTION

Secara umum, persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal di sini berasal dari dalam diri seseorang, seperti kondisi atau keadaan emosi, minat, dan pengalaman pribadi. Pengalaman-pengalaman pribadi yang menjadi patokan seseorang ketika membuat persepsi disebut sebagai perceptual set. Dengan kalimat lain, perceptual set merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan faktor eksternal ialah yang berasal dari lingkungan luar. Faktor eksternal ini dapat membuat seseorang salah dalam membentuk persepsi, seperti ketika ada gangguan-gangguan atau miskomunikasi pada saat seseorang menerima informasi dari media sosial.


Read next >> Motivasi & Emosi
2nd Topic: Motives & Emotions
September 29, 2020


Ketika seseorang merasa badannya terlalu gemuk, ia berniat untuk menurunkan berat badannya agar menjadi ideal dan lebih sehat. Untuk itu, ia berusaha konsisten dalam berolahraga, diet dengan mengonsumsi makanan sehat, dan tidak begadang. Hal ini dikenal dengan istilah 'motivasi'. 

Seseorang yang memiliki motivasi akan terdorong untuk melakukan, mempertahankan, mengarahkan, atau menghentikan suatu kebiasaan. Proses terbentuknya motivasi ini melibatkan 4 elemen yang saling berhubungan, yaitu Need (kebutuhan), Drive (energi yang memotivasi seseorang), Response (tindakan untuk mencapai sesuatu), dan Goals (target yang dicapai). Motivasi sendiri terbagi menjadi 2, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik ialah motivasi yang muncul dari dalam diri berdasarkan kesenangan pribadi. Sedangkan motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti adanya reward, tuntutan, kewajiban, dan lain sebagainya.

Ada 4 tipe motif tindakan manusia, yaitu:
  1. Nilai insentif ➡  di mana seseorang tertarik dengan daya tarik suatu goals, sehingga ia terpicu dan termotivasi untuk dapat mencapai goals tersebut
  2. Motif primer ➡  Motif bawaan lahir, didasarkan oleh kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup
  3. Motif stimulus ➡  Kebutuhan akan stimulasi atau informasi yang berasal dari faktor eksternal atau lingkungan luar, namun tidak sebegitu penting untuk bertahan hidup. 
  4. Motif sekunder ➡  Motif yang muncul akibat proses belajar

MASLOW'S HIERARCHY OF NEEDS

Abraham Maslow mengurutkan kebutuhan seseorang berdasarkan tingkat prioritasnya, dari tingkat dasar yaitu kebutuhan basic sampai ke tingkat tertinggi. Kebutuhan yang paling dasar meliputi kebutuhan fisiologis, seperti air, makanan, udara, tidur, dll. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan dalam merasakan keamanan. Selanjutnya, ada pula kebutuhan terhadap cinta, kasih sayang, dan kepemilikan. Dan yang terakhir, manusia membutuhkan harga diri atau self-esteem sebagai kebutuhan dasarnya. Tingkat tertinggi dalam teori hierarki kebutuhan ini yaitu pengaktualisasian diri, yang manusia butuhkan untuk memvalidasi dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain ketika 4 kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi. 


EMOTIONS

Emosi merupakan respon individu terhadap reaksi tertentu yang mengubah facial expression, gestur, postur tubuh, dan perasaan seseorang. Emosi bersifat adaptif terhadap situasi di sekitarnya. Coba bayangkan ketika kita sedang duduk di pinggir pantai, menatap ke arah lautan dengan ombak yang berdesir kecil dan pemandangan matahari terbenam. Tak dapat dipungkiri, suasana yang nyaman dengan nuansa yang indah seperti ini mampu menstabilkan suasana hati atau emosi seseorang.

Emosi dapat mempengaruhi perubahan fisiologis pada tubuh, seperti denyut jantung atau tekanan darah yang meningkat ketika seseorang sedang marah. Pusat emosi terletak pada otak sebagai penerima informasi. Di dalam otak terdapat yang namanya amygdala, yaitu bagian dari sistem limbik yang berperan sebagai warning system. Warning system inilah yang dapat mempengaruhi emosi seseorang. 

Manusia memiliki 8 emosi primer, yaitu takut (fear), marah (anger), sedih (sadness), gembira (joy), percaya (trust), antisipasi (anticipation), terkejut (surprise), dan muak (disgust). Emosi sendiri dapat direfleksikan melalui ekspresi wajah seseorang. Terdapat 3 tipe facial expression pada manusia, yaitu:
  1. Pleasantness-Unpleasantness : menunjukkan seberapa jauh seseorang merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan
  2. Attention-Rejection : menunjukkan seberapa banyak perhatian yang diberikan terhadap seseorang atau suatu objek
  3. Activation : menunjukkan tingkat gairah yang seseorang alami

Munculnya motivasi memiliki keterkaitan dengan emosi. Emosi dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan, seperti ketika seseorang sedang marah atau dalam kondisi emosi yang tidak stabil, bisa jadi ia berkeinginan atau terdorong untuk bertindak impulsif.
Mengenal Psychology in General
Kamis, 17 September 2020, September 17, 2020

 




        "Wah jurusan psikologi, bisa ramal orang dong?"
        "Masuk psikologi berarti bisa baca pikiran, kan?"

Yah kira-kira begitulah pertanyaan-pertanyaan orang awam yang sudah tidak asing lagi di telinga mahasiswa psikologi. Padahal, psikologi sendiri tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan segala rupa aktivitas paranormal. Bahkan terkadang psikolog sering disamakan kedudukannya dengan psikiater, alias 'ngurusin orang sakit jiwa'. Jadi sebenarnya apa yg dipelajari di psikologi?

Psikologi sendiri berasal dari kata psyche yang berarti 'jiwa', dan logos yang berarti 'ilmu'. Para penonton drama "It's Okay to Not Be Okay" pasti ga asing lagi sama istilah psyche ini. Yap, psyche merupakan nama lain dari kupu-kupu dalam bahasa Yunani kuno, yang menjadi lambang dari penyembuhan. Dalam beberapa kebudayaan, kupu-kupu menjadi simbolisasi dari jiwa manusia. 

Secara keseluruhan, psikologi dapat diartikan sebagai "ilmu jiwa". Sederhananya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari kondisi jiwa dan pola pikir seseorang, yang diamati melalui kebiasaan dan perilaku yang tampak dari luar. Dikarenakan jiwa manusia tidak bisa diamati secara ilmiah, maka psikologi mempelajari manifestasi dari eksistensi jiwa seseorang, yaitu segala hal yang berhubungan dengan perilaku. Dalam menganalisis pola pikir dan tingkah laku seseorang ini tentu memiliki cara-cara dan metode-metode khusus, yang tentu saja bukan sembarang meramal 

PSYCHOLOGY vs PSYCHOBABBLE

Di sosmed sekarang ini sering banget ada quiz-quiz yang memprediksi kepribadian seseorang, misalkan test kepribadian dari gambar apa yang pertama kali dilihat, tes kondisi mental seseorang dari warna yang disukai, dan berbagai macam test lainnya. Padahal itu semua cuma sekedar psychobabble, alias topik bahasan seputar masalah psikologi yang gapunya dasar ilmiah dan tentu aja ngga valid. Berbeda dengan psikologi yang kajiannya betul-betul fokus kepada perilaku dan proses mental seseorang, dan tentu saja memiliki penjabaran ilmiahnya.


Psikologi memiliki 2 objek, yaitu objek material (manusia) dan objek formal (lebih spesifik seperti perilaku). Fungsinya sendiri terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Deskriptif ➡ menggambarkan objek formal secara lengkap, benar, dan jelas
2. Prediktif ➡ membuat perkiraan mengenai perilaku
3. Pengendalian ➡ mengendalikan perilaku manusia sesuai yang diharapkan

BEHAVIOR OR HABIT?

Perilaku manusia pada dasarnya mampu diubah dengan pendekatan ilmu psikologi yang tepat. Namun jika perilaku tersebut dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang, baik itu perilaku baik maupun buruk, maka akan terbentuklah kebiasaan atau habit dalam diri seseorang. Jika sudah terbentuk suatu kebiasaan, maka biasanya cenderung lebih susah untuk diubah. Contohnya ketika seseorang sering tidur larut malam, maka lambat laun ia akan terbiasa begadang dan membentuk kebiasaan yang tidak sehat dari perilaku tersebut.

GOALS AND BENEFITS

Memperdalam ilmu psikologi secara umum bertujuan untuk mengklasifikasikan (classify), menjabarkan (describe), dan memprediksi perilaku seseorang (predict), sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku sesuai dengan yang diharapkan melalui implementasi ilmu psikologi. Sangat banyak tentunya manfaat dalam menekuni psikologi, tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi banyak orang. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Majoring in psychology tentu aja membuat kita lebih berkompeten dalam memahami perilaku seseorang. Jadi sambil belajar, kita juga bisa memahami diri sendiri dan memperbaiki kekurangan-kekurangan sehingga mampu memperbaiki diri atau self improving menjadi lebih baik.
  2. Melatih socializing skill. Mempelajari psikologi dapat mengasah kemampuan beradaptasi seseorang ketika memasuki lingkungan baru, termasuk di dunia kerja. Kemampuan beradaptasi inilah yang sekaligus dapat meningkatkan social skill sehingga mudah bekerja dan membaur di lingkungan apapun, serta sangat bermanfaat dalam memperluas networking.
  3. Mengasah kepekaan dan empati. Mempelajari psikologi akan melatih kepekaan seseorang terhadap kondisi orang lain di sekitarnya. Dengan begitu, kita bisa mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi masalah sehingga dapat membantu orang banyak.

BIDANG DALAM PSIKOLOGI

Prospek kerja psikologi bisa dikatakan luas, karena terdapat berbagai bidang pendalaman ilmu psikologi. Untuk menjadi seorang psikolog, maka bidang yang harus ditempuh ialah psikologi klinis. Psikologi klinis ini memiliki peran dalam konseling, terapi, asessment, pedidikan dan pengajaran, konsultasi, administrasi, penelitian, serta community development. Selain psikologi klinis, ada juga psikologi khusus yang menjadi sub-bidang dalam psikologi. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
  1. Psikologi industri/organisasi ➡ Fokus pada ilmu-ilmu psikologi yang berperan dalam meniti karier di perusahaan. Salah satu prospek kerjanya ialah Human Resource Development atau HRD.
  2. Psikologi kepribadian ➡ Fokus pada konsistensi dalam perilaku seseorang sepanjang waktu dan sifat-sifat yang membedakan seseorang dari orang lain
  3. Evaluasi Program ➡ Fokus pada pemeriksaan program skala besar, seperti program awal pra-sekolah, untuk menentukan apakah mereka efektif dan memenuhi tujuan yang telah ditetapkan atau tidak
  4. Psikologi wanita ➡ Fokus pada masalah-masalah yang bersangkutan terhadap hak dan asasi wanita
  5. Psikologi sekolah ➡ Mendedikasikan pada konseling terhadap anak-anak di sekolah dasar dan lanjutan yang memiliki masalah emosional maupun akademis.
  6. Psikologi sosial ➡ Mempelajari bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang dipengaruhi oleh orang lain
  7. Psikologi Olahraga ➡ Mengimplementasikan psikologi ke aktivitas dan latihan olahraga.

older